emas naik atau turun sama saja, daya beli masyarakat tidak ada

Semarang (ANTARA News) - Penjualan perhiasan emas di Kota Semarang sampai saat ini tetap lesu, meski harga emas di pasaran mengalami penurunan sejak beberapa hari lalu.

"Harga emas naik atau turun sama saja, daya beli masyarakat tidak ada," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) Semarang, Bambang Yuwono, di Semarang, Senin.

Terlebih lagi, kata dia, mendekati tahun ajaran baru sekolah seperti sekarang yang membuat masyarakat lebih memilih mencukupi kebutuhan anaknya sekolah, dibanding membeli perhiasan.

Ia mengakui kebutuhan yang harus dicukupi pada tahun ajaran baru sekolah cukup besar, mulai biaya menyekolahkan anak dan membeli seperangkat alat sekolah, seperti buku, tas, dan sepatu.

"Karena itu, mereka tidak sempat memikirkan membeli perhiasan, di samping daya beli masyarakat sampai saat ini memang kurang. Untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka sulit mencukupi," katanya.

Terkait harga emas, Bambang mengakui sudah mengalami penurunan sejak lima hari lalu, namun tetap tak berimbas pada cerahnya penjualan emas, dan lebih banyak mengandalkan pelanggan.

"Harga emas 24 karat saat ini sudah menjadi Rp407.500/gram, padahal sebelumnya bisa mencapai Rp423.000/kg, emas 18 karat sekarang juga sudah Rp355.000/gram dari sebelumnya Rp370.000/gram," katanya.

Kalau untuk emas muda 10 karat, kata dia, dari semula Rp220.000/gram sudah menjadi Rp210.000/gram, dan biasanya harga emas tergantung permintaan model perhiasan yang dipilih oleh konsumen.

Ditanya rata-rata tingkat penjualan, pemilik Toko Emas "Dewi Sri" Semarang itu mengaku tidak bisa diprediksi, karena terkadang dalam satu hari tidak ada satu pun perhiasan emas yang terjual.

"Kalaupun ada, sekarang ini lebih banyak yang mencari emas kecil-kecil, antara 0,5-2 gram, baik berupa cincin dan anting, sedangkan kalung antara 2-5 gram. Ya karena pengaruh daya beli itu," katanya.

Namun, kata dia, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, penjualan emas biasanya kembali menggeliat menjelang Lebaran, dan tahun lalu lonjakan penjualan sudah nampak sejak lima hari sebelum hari H.

"Ya memang tidak bisa diprediksi (tingkat penjualan emas, red.), namun biasanya menjelang Lebaran banyak orang membeli emas, sebaliknya setelah Hari Raya Idul Fitri banyak yang menjualnya kembali," kata Bambang.
(ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011