Gunung Kidul (ANTARA News) - Penggunaan pupuk organik di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih rendah karena petani umumnya ingin yang praktis, sehingga memilih menggunakan pupuk kimia.

"Para petani lebih tertarik menggunakan pupuk kimia karena lebih mudah dan cepat," kata Kepala Seksi Budi Daya Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Budi Daya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul Sulistyo Hadi, di Wonosari, Senin.

Ia mengatakan penggunaan pupuk organik di kabupaten ini hanya dua hingga lima ton per hektare. "Padahal pemerintah menganjurkan petani menggunakan pupuk organik sebanyak 10 hingga 20 ton per hektare," katanya.

Menurut dia, pemerintah menganjurkan penggunaan pupuk organik untuk mempertahankan unsur hara di dalam tanah.

"Sebaliknya, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan akan merusak unsur hara di dalam tanah, sehingga mengganggu lingkungan," katanya.

Ia mengatakan kerusakan unsur hara di dalam tanah memicu tanah menjadi tandus dan keras. "Namun, petani Gunung Kidul belum menyadari hal itu," katanya.

Bahkan, kata Sulistyo Hadi, para petani beranggapan produksi tanaman akan turun jika menggunakan pupuk organik, sehingga mereka lebih memilih pupuk kimia.

Menurut dia, untuk mengubah kebiasaan petani sehingga beralih menggunakan pupuk organik cukup sulit. Apalagi, untuk membuat pupuk organik membutuhkan waktu yang lama.

"Pupuk organik bisa dibuat dari sampah, jerami padi, dan dedaunan. Proses pembuatannya yang lama, yang menyebabkan petani enggan menggunakan pupuk organik," katanya.

Ia mengatakan selain ingin praktis, para petani juga lebih mementingkan keuntungan sesaat untuk hasil panen tanaman pertaniannya dengan menggunakan pupuk kimia.

"Penggunaan pupuk kimia berdampak jangka panjang terhadap kerusakan tanah. Tetapi petani cenderung mementingkan keuntungan itu, ketimbang menjaga kualitas tanah," katanya.

Menurut dia, pupuk organik memiliki keunggulan karena mampu meningkatkan nilai jual hasil pertanian.

Selain itu, pupuk organik akan menopang struktur tanah karena menjaga bakteri penyubur tanah.

"Padi hasil pemupukan organik lebih banyak digemari dan harganya tinggi, karena lebih sehat dikonsumsi," katanya.

Ia mengatakan untuk memperoleh hasil panen yang baik, bukan berarti tidak menggunakan sama sekali pupuk kimia, tetapi disarankan dikurangi jumlah penggunaannya.

"Petani bisa mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia agar produktivitas tanaman pertanian tidak menurun. Caranya adalah pupuk organik dibuat dengan kadar yang lebih tinggi," katanya. (ANT293/M008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011