Palembang (ANTARA News) - Manajemen Sriwijaya Football Club (FC) terpaksa menurunkan dana pembelian pemain untuk musim depan tahun 2011-2012, menyusul dihentikan kucuran dana APBD untuk klub profesional.
"Pada musim depan klub profesional tidak akan dibantu APBD lagi, jadi akan ada penyesuaian dalam dana pembelian pemain oleh SFC," kata Direktur Teknik PT Sriwijaya Optimis Mandiri, Hendri Zainuddin di Palembang, Senin.
Pada musim kompetisi 2010-2011, manajemen mengucurkan dana Rp19 miliar untuk membeli pemain, sedangkan untuk musim depan dipastikan akan mengalami pengurangan.
Meskipun belum mengetahui persis nilai nominalnya, tapi Hendri memastikan tidak akan "jor-joran" seperti musim lalu.
"Untuk merespon ketentuan baru pemerintah itu, maka manajemen SFC akan sedikit lebih irit dalam belanja pemain jika dibandingkan musim sebelumnya," kata dia lagi.
Meskipun mengaku mengalami kesulitan karena ketentuan baru itu, tapi Hendri optimistis manajemen SFC dapat melewatinya mengingat hanya perlu mencoret 20-30 persen pemain lama.
Selain itu, dampak tidak diperbolehkan menggunakan dana APBD itu cukup berpengaruh dengan nilai kontrak pemain secara menyeluruh, baik pemain asing maupun lokal.
"Klub profesional dilarang menggunakan dana APBD, artinya setiap klub harus berjuang sendiri mencari dana. Mau tak mau berdampak dengan penawaran harga pemain. Nilai kontrak pemain pun akan mengalami sedikit penurunan dari biasanya," ujar Hendri pula.
Pada musim kompetisi 2010-2011, manajemen SFC mendapatkan kucuran dana Rp25 miliar dari APBD melalui KONI Sumsel.
Seiring dengan dihentikan dana APBD, SFC secara otomatis hanya menerima pemasukan dana dari sponsor, penjualan tiket, dan usaha perusahaan dalam berbisnis.
Kurang Nyaman
Secara terpisah, kapten Sriwijaya FC, Keith Kayamba Gumbs, mengakui kurang nyaman dengan metode latihan yang diberikan pelatih Ivan Kolev sepanjang musim kompetisi 2010-2011 lalu.
"Sebagai pemain, saya memang kurang nyaman dengan metode latihan gaya Ivan Kolev. Sungguh berbeda dari pelatih-pelatih yang pernah saya temui sebelumnya," kata Kayamba saat dihubungi dari Palembang itu pula.
Menurut pemain asal St Kitts & Nevis ini, pelatih Ivan Kolev terlalu tinggi dalam memberikan intensitas latihan fisik.
"Saya sudah sering bermain di banyak negara, tapi belum pernah saya menemui pelatih yang memberikan latihan fisik berat pada satu hari jelang pertandingan," ujar dia.
Dia mengaku, sempat mengungkapkan hal itu kepada Kolev, namun tidak mendapatkan tanggapan positif.
"Sebagai kapten saya menjadi penyambung lidah para pemain lain untuk menyampaikan keluhan, tapi sepertinya Kolev tidak terlalu peduli," ujar dia lagi.
Meskipun tidak sepaham dengan Kolev dalam menerapkan metode latihan, tapi Kayamba menyatakan cukup salut dengan kemampuan pelatih asal Bulgaria itu dalam meramu tim.
"Jika masalah strategi di lapangan, memang Kolev memiliki kemampuan," kata pemain terbaik Piala Indonesia musim lalu itu.
Manajemen SFC telah menyatakan akan tetap mempertahankan Kayamba sebagai pemain, sedangkan kursi pelatih Ivan Kolev masih menjadi tanda tanya.
Manajemen menjanjikan pada 9 Juli mendatang, akan mengumumkan kepastian pelatih SFC untuk musim depan ini.
"Sebagai pemain profesional saya harus bekerja maksimal untuk tim. Jadi, siapa pelatih SFC musim depan saya serahkan semuanya kepada manajemen," ujar Kayamba pula.
Hanya saja, Kayamba berpesan agar melihat pelatih bukan dari statusnya, yakni pelatih asing atau lokal.
"Mau pelatih asing atau lokal sama saja, asalkan mampu membangun tim. Jika pelatih lokal mampu, mengapa tidak diberikan kesempatan karena mereka sebenarnya lebih paham mengenai karakter pemain," kata pemain berusia 38 tahun ini lagi. (ANT037/M019/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011