Gempa bermagnitudo (M) 6,6 yang terjadi di Banten pada 14 Januari 2022, dapat menjadi pembelajaran untuk kesiapan mitigasi bencana, kata Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Suko Prayitno Adi.
Dalam webinar Gempa Bumi Banten M6,6 yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat, Suko mengatakan bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, namun banyak terdampak kerugian materil.
"Kejadian ini menjadi pembelajaran untuk saling sharing knowledge (berbagi pengetahuan) dan kesiapan kita untuk mitigasi sehingga dapat memberikan solusi terbaik," ujar Suko.
Baca juga: Gempa bumi di Pandeglang berdampak pada 30 kecamatan
Suko mengatakan dengan adanya berbagi pembelajaran tersebut, diharapkan kepanikan masyarakat yang hidup di daerah rawan gempa di selatan Jawa dapat berkurang.
Selain itu, masyarakat dapat siap menghadapi bencana dan tidak menimbulkan adanya korban jiwa.
Suko mengatakan pembelajaran dari gempa Banten diharapkan menghasilkan rekomendasi dalam rangka memperbaiki sistem Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), serta mempererat sinergi BMKG dengan lembaga dan instansi terkait lainnya.
Gempa bumi berkekuatan 6,6 yang terjadi, Jumat (14/1), di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten berdampak pada 30 kecamatan di 171 desa dengan 2.556 rumah rusak.
Gempa bumi yang terdampak di 30 kecamatan itu tidak ada korban jiwa, namun dua warga yang mengalami luka-luka.
Baca juga: Regangan tektonik Selat Sunda dapat tingkatkan potensi erupsi Krakatau
Baca juga: BMKG: Konstruksi bangunan terdampak gempa Banten tidak penuhi standar
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022