Ramadi, Irak (ANTARA News) - Penembakan dari kendaraan yang melaju dan serangan-serangan lain Minggu menewaskan seorang warga sipil dan tujuh polisi di Irak, kata polisi dan pejabat kementerian dalam negeri.
"Pukul 08.30 (pukul 12.30 WIB), orang-orang bersenjata yang naik mobil dan membawa senapan otomatis membunuh lima polisi yang menjaga sebuah pos pemeriksaan, kemudian kabur," kata seorang polisi di ibu kota provinsi Anbar, Ramadi, sebelah barat Baghdad, lapor AFP.
Ia menambahkan, orang-orang bersenjata itu melancarkan serangan di kota gurun Rutbah di jalan raya utama dari arah Baghdad menuju Amman dan Damaskus.
Provinsi Anbar menjadi markas Al-Qaida sampai 2008 ketika para panglima AS mulai merekrut orang-orang suku Sunni Arab dan mantan gerilyawan untuk membentuk milisi yang memerangi kelompok garis keras tersebut.
Seorang polisi tewas di Baghdad barat dalam serangan seorang bersenjata yang menggunakan senapan berperedam suara, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.
Di kota utama wilayah utara, Mosul, orang-orang bersenjata membunuh satu polisi dan melukai seorang lagi, kata polisi.
Di Kirkuk, wilayah kaya minyak di Irak utara, ledakan bom pinggir jalan menewaskan seorang warga sipil dan melukai seorang lagi, kata polisi.
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.
Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.
Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011