Dalam momentum pemulihan ekonomi nasional, masyarakat yang membeli SBN secara tidak langsung ikut serta dalam membiayai anggaran pendapatan dan belanja negara.
Jakarta (ANTARA) - Chief Executive Officer (CEO) Bibit Sigit Kouwagam menilai investasi di Surat Berharga Negara (SBN) merupakan salah satu wujud bahwa masyarakat mendukung pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi COVID-19.
"Dalam momentum pemulihan ekonomi nasional, masyarakat yang membeli SBN secara tidak langsung ikut serta dalam membiayai anggaran pendapatan dan belanja negara. Ditunjuknya Bibit sebagai mitra distribusi SBN oleh Kemenkeu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan dan menjadi motivasi bagi kami untuk mengajak lebih banyak lagi masyarakat berkontribusi untuk negeri," ujar Sigit dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Bibit yang merupakan aplikasi reksa dana untuk pemula, secara resmi ditunjuk oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Mitra Distribusi penjualan Surat Berharga Negara (SBN).
Baca juga: BI catat aliran modal asing keluar Rp1,68 triliun di pekan I-2022
Sigit pun menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Keuangan Republik Indonesia serta mengajak para pengguna Bibit dan masyarakat Indonesia secara umum untuk membeli SBN dan berkontribusi untuk perekonomian nasional.
Obligasi Negara Ritel seri ORI021 menjadi SBN Ritel yang diterbitkan pemerintah pada tahun ini, sekaligus SBN Ritel pertama pada 2022 yang dapat dibeli oleh masyarakat di Bibit.
Masa penawaran ORI021 akan dimulai pada 24 Januari 2022 dan berakhir pada 17 Februari 2022. Pembelian atau pemesanan minimal untuk ORI021 adalah Rp1 juta dan kelipatan Rp1 juta dengan maksimum Rp2 miliar.
Baca juga: BI proyeksi The Fed naikkan bunga empat kali tahun ini
Untuk bisa membelinya, para pengguna cukup mengklik icon atau banner “Surat Berharga Negara (SBN)” di homepage aplikasi maupun website Bibit. Dalam hal ini, Bibit bermitra dengan Stockbit Sekuritas untuk mengelola pencatatan dan penyimpanan Rekening Dana Investor SBN milik investor.
Nantinya, setelah investor melakukan pembayaran untuk transaksi SBN, investor akan menerima bukti transaksi berupa Bukti Penerimaan Negara (BPN). Di dalam BPN, terdapat Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN) yang diterbitkan langsung oleh negara serta menjadi bukti kepemilikan SBN yang dibeli.
Terkait dengan keunggulan, selain berkesempatan untuk berkontribusi bagi pembangunan negara, investasi di SBN juga memiliki beberapa keunggulan lain. Pertama, pembayaran kupon dan pokok SBN dijamin 100 persen oleh negara. Jadi, tidak ada risiko gagal bayar. Kupon adalah imbal hasil yang akan dibayarkan setiap bulan.
Baca juga: Sri Mulyani: Rupiah dan surat utang RI stabil di tengah tapering Fed
Kedua, imbal hasil yang ditawarkan SBN lebih tinggi dari rata-rata bunga deposito bank BUMN. Menurut Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Republik Indonesia Deni Ridwan, ORI021 akan ditawarkan dengan kupon fixed atau tetap 4,9 persen, tenor tiga tahun, dan dapat diperjualbelikan, lebih tinggi daripada suku bunga acuan BI yang saat ini adalah 3,5 persen.
Ketiga, pajak yang dikenakan pada imbal hasil SBN adalah 10 persen, lebih rendah dari pajak deposito, yakni 20 persen. Terakhir, SBN bisa menjadi pilihan investasi yang memberikan pendapatan pasif yang konsisten kepada investor karena imbal hasilnya (kupon) dibayarkan setiap bulan.
Terkait dengan jumlah investor, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa jumlah investor SBN Ritel terus naik secara signifikan sejak SBN Ritel diterbitkan untuk pertama kalinya pada 2006.
Tercatat ada 16.651 investor SBN pada 2006, 83.662 investor pada 2016, 195.277 investor pada 2018, dan angkanya hampir menyentuh 600 ribu investor pada Oktober 2021.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022