"Kita sangat gembira karena terbukti atlet tunagrahita Indonesia tak kalah dibandingkan atlet dari negara lain. Ini merupakan langkah awal yang baik. Kita harus merebut medali lain dalam pertandingan yang tersisa," katanya seperti disampaikan Tenaga Ahli Bidang Hubungan
Media dan Tata Kelola Pemerintahan Mensos Sapto Waluyo melalui surat elektronik dari Athena, Yunani, kepada ANTARA di Bogor, Jumat malam.
Mensos, kata Sapto, datang ke Athena untuk menyaksikan dan menyerahkan medali emas kepada dua atlet renang tunagrahita
Indonesia yaitu Stephanie Handojo dan Fitriani yang berlaga di nomor dada 50 meter perseorangan putri divisi 6 dan divisi 8 pada olimpiade tunagrahita (Special Olimpics World Summer Games 2011).
Kompetisi berlangsung sejak 20 Juni hingga 4 Juli 2011, dan diikuti 185 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Ia menjelaskan Stephani perenang kelahiran Surabaya pada 1991 dari DKI Jakarta, pada 25 meter pertama sempat tertinggal dari lawan-lawannya yang berasal dari Prancis, Belgia, Macau, Inggris dan Saint Martin, sebuah negara pulau di timur laut Kepulauan Karibia, yang menjadi milik dua negara yakni Prancis dan Belanda.
Namun, pada "lap" (putaran) terakhir, pelajar SMIP Kasih Ananda Jakarta ini berhasil mengejar lawan-lawannya dan meraih tempat pertama dengan catatan waktu 1.02.73 detik.
Sementara itu, Fitriani berasal dari Panti Sosial Bina Grahita Nipotowe Palu, Sulawesi Tengah, juga berhasil mengalahkan lawan-lawannya yang berasal dari Malta, Suriname, Jamaika dan Belanda.
"Saya sangat senang dapat mempersembahkan medali emas kepada seluruh rakyat Indonesia. Saya berterima kasih kepada Menteri Sosial yang sempat menyaksikan kemenangan ini. Bahkan, saat latihan di Stadion Ragunan, bapak Mensos juga menjenguk kami," kata Fitriani yang diberi ucapan selamat oleh kawan-kawannya.
Indonesia mengirimkan 46 orang atlet tunagrahita, didampingi 13 orang pelatih dan lima staf pendamping.
"Special Olympics merupakan kompetisi olah raga empat tahunan yang menjadi puncak prestasi bagi atlet-atlet tunagrahita tingkat internasional," kata Ketua Umum Special Olympics Indonesia (SOIna) Pudji Hastuti.
Pada Special Olympics tahun 2007 di Shanghai, China, kontingen Indonesia bisa merebut sembilan medali emas, sembilan perak dan empat perunggu.
"Itu prestasi yang luar biasa, apalagi untuk penyandang tunagrahita. Jangan lihat kekurangan mereka, tapi lihat prestasi dan kemampuan mereka yang mengharumkan nama bangsa di laga dunia," kata Mensos yang turut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama para pendukung, dan mengibarkan bendera Merah Putih.
Mensos meningalkan Athena sebelum kompetisi berakhir dan berharap lebih banyak medali yang diraih atlet Indonesia.
"Semoga lebih baik dari prestasi di Shanghai," katanya seperti dikutip Sapto Waluyo. (*)
(T.A035/M008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011