kebutuhan karcis dalam jumlah besar hingga kini masih dalam proses pencetakan.
Bekasi, Jawa Barat (ANTARA News) - PT Kereta Api Indonesia belum mengeluarkan tiket khusus Commuter Line KRL Jabodetabek menjelang pemberlakuan sistem baru itu pada Sabtu (2/7).

"Sebab, kebutuhan karcis dalam jumlah besar hingga kini masih dalam proses pencetakan. Kemungkinan pada operasional perdana besok juga akan menggunakan karcis lama," ujar Wakil Kepala Stasiun Bekasi, Dwi Effendi, di Bekasi, Jumat.

Untuk sementara, kata dia, karcis perjalanan Commuter Line masih menggunakan tiket KRL Express yang kemudian distempel seharga ongkos Commuter Line sebesar Rp6.500 per tujuan.

Situasi itu dikeluhkan sejumlah penumpang karena diduga ada oknum petugas tiket yang memanfaatkan situasi itu untuk mengeruk keuntungan dengan menukar tiket kelas ekonomi dengan Commuter Line.

"Tiket yang diberikan petugas adalah tiket perjalanan kereta Ekonomi seharga Rp1.500 namun dijual dengan harga tiket Commuter Line Rp6.500 untuk perjalanan Bekasi-Jakarta," kata salah satu penumpang, Chandra Sarkeh (35).

Saat di perjalanan menggunakan kereta Commuter Line, kata dia, petugas pemeriksa tiket menolaknya dengan alasan tiket yang dimilikinya untuk kereta Ekonomi meski telah dibayar dengan tarif Commuter Line.

"Peristiwa itu tidak hanya dialami oleh saya, ada beberapa penumpang lainnya yang senasib dengan saya," ujarnya.

Mengenai temuan tersebut, Dwi mengatakan pihaknya akan melakukan penelusuran lebih lanjut untuk mengetahui apakah hal tersebut terjadi karena kelalaian atau kesengajaan.

"Jika ditemukan unsur kesengajaan, petugas yang bersangkutan tentu akan kami tegur," katanya.

Pantauan ANTARA pada uji coba terakhir Commuter Line di Statsiun Bekasi melaporkan, keterlambatan jadwal kereta masih mewarnai kegiatan itu dan sama seperti saat uji coba kedua yang dilaksanakan sehari sebelumnya, Kamis (30/6). Sejumlah perjalanan masih terlambat dengan kisaran waktu 20-45 menit.

Menurut Dwi, keterlambatan tersebut diakibatkan belum teratasinya sistem perputaran jalur. Akibatnya, membutuhkan jeda waktu cukup lama antara kedatangan dengan waktu keberangkatan berikutnya.

"Sama seperti kemarin juga, keterlambatan tidak terjadi saat jam sibuk. Jadi tidak sampai terjadi penumpukan penumpang yang parah," katanya.

(KR-AFR)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011