Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menilai penguatan nilai tukar rupiah masih mungkin terjadi pada tahun ini mengingat arus modal asing (capital inflows) masih besar menuju negara-negara emerging market termasuk Indonesia.

"Ruang untuk rupiah menguat ada karena currency emerging market juga memiliki ruang apresiasi. Jadi kita mengikuti mereka," kata Deputi Gubernur BI, Budi Mulya, di Jakarta, Jumat.

DIjelaskannya, capital inflows masih berlangsung terutama pada negara-negara emerging market, meski saat ini ada masa konsolidasi, karena perekonomian global masih tidak pasti, tetapi tren global apresiasi pada negara emerging market masih akan terjadi karena global likuiditas mencari return yang lebih baik, dan itu ada di emerging market sebagai kawasan yang bertumbuh," katanya.

Penguatan nilai tukar rupiah, lanjutnya akan mengikuti fundamental perekonomian nasioal yang saat ini semakin baik karena nilai tukar merupakan cerminan dari ekonomi suatu negara.

Namun, menurut dia, sulit memperkirakan berapa persen penguatan nilai tukar rupiah akan terjadi pada tahun ini, karena kondisi perekonomian global selalu berubah seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Eropa dan China. "Itu harus kita ikuti terus," katanya.

Mengenai pembatasan pinjaman jangka pendek luar negeri oleh perbankan, Budi mengatakan, BI belum akan mengubah aturan pembatasan 30 persen pinjaman luar negeri perbankan dari modal, karena aturan itu baru berlaku sejak Januari 2011.

"Kita lihat dulu hasil kemarin, karena itu sebelumnya tidak ada ketentuan, tapi pada Januari dibatasi 30 persen. Kita lihat dulu itu, kita review impactnya terhadap kestabilan pasar keuangan itu yang kita lakukan saat ini," katanya.

Aturan itu, kata Budi, merupakan upaya BI agar perbankan dalam melakukan pinjaman jangka pendek luar negeri harus mempertimbangkan aspek-aspek kehati-hatian.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menguat belakangan ini, dan pada Jumat ini berada pada posisi Rp8.563 per dolar AS. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011