Gelombang dengan ketinggian 2,5 meter sangat berbahaya bagi kapal nelayan berukuran kecil, oleh karena itu, nelayan yang memiliki kapal berukuran kecil harus hati-hati saat melaut.
TernateUtara (ANTARA News) - Kepala Pos Pelabuhan Dufa-Dufa Halek Abdullah mengatakan, pihaknya melarang kapal cepat (speed boat) berukuran kecil untuk mengangkut penumpang dari Ternate ke sejumlah wilayah di Halmahera, Maluku Utara (Malut), karena buruknya cuaca di perairan setempat.

"Petugas pelabuhan hanya mengizinkan kapal cepat yang berkapasitas 60 penumpang untuk mengangkut penumpang dari Ternate ke sejumlah wilayah di Halmahera atau sebaliknya, itupun jumlah penumpangnya dikurangi menjadi maksimal 40 orang," katanya, di Ternate, Jumat.

Selain itu, kapal cepat berukuran kecil tersebut harus memiliki alat keselamatan yang memadai, terutama pelampung dan kondisi mesinnya dalam keadaan baik.

Sementara itu, Badan Badan Meteorologi, Kilimatologi dan Geofisika (BMKG) Ternate mengimbau para nelayan di Malut agar waspada saat melaut, karena kondisi gelombang di perairan Malut saat ini mencapai 2,5 meter, terutama di Kabupaten Pulau Morotai dan Kepulauan Sula.

"Gelombang dengan ketinggian 2,5 meter sangat berbahaya bagi kapal nelayan berukuran kecil, oleh karena itu, nelayan yang memiliki kapal berukuran kecil harus hati-hati saat melaut," kata prakirawan Cuaca BMKG Ternate, I Wayan Musteana.

Kapal penumpang berukuran kecil tersebut, yang selama ini melayani jasa angkutan penumpang antarpulau di Malut, juga harus mewaspadai tingginya gelombang laut tersebut, karena tidak menutup kemungkinan mengakibatkan kecelakaan laut.

Menurut I Wayan, tingginya gelombang di perairan Malut saat ini disebabkan adanya angin kencang yang bertiup dari arah selatan dengan kecepatan 30 km/jam.

Sementara itu, cuaca buruk yang melanda Malut selama dua pekan terakhir, membuat sebagian besar warga yang enggan untuk melakukan perjalanan laut dari Ternate ke sejumlah daerah lainnya di provinsi itu.

Akibatnya, pendapatan kapal cepat berukuran kecil yang biasanya melayari Ternate ke sejumlah daerah di Malut menurun karena warga lebih memilih menggunakan kapal fery.

"Memang selama dua pekan terakhir pendapatan kita kian menurun, karena warga yang ingin bepergian ke Ternate-Halmahera lebih memilih naik fery ketimbang naik kapal cepat" kata Iswandi, salah seorang pemilik kapal cepat.

Menurutnya, setiap hari dirinya mampu meraup untuk hingga mencapai Rp4,5 juta per hari, namun saat ini menurun hingga Rp750 ribu per hari.

Bahkan, kapal cepat ada yang terpaksa tidak mendapat penumpang, karena sepinya calon penumpang yang ingin menggunakan jasa kapal cepat itu ke Ternate dan sejumlah daerah di Pulau Halmahera.

Ia mengaku, selain cuaca buruk, warga juga dihantui trauma atas tenggelamnya kapal cepat yang melayari Jailolo-Ternate dan menewaskan lima orang penumpang, serta seorang di antaranya bernama Kadir hilang.

(KR-AF)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011