Yogyakarta (ANTARA) - Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan Bangga Berwisata di Indonesia Aja (BWI) 2022 resmi dibuka di Bandara Sultan Thaha Jambi pada Rabu (19/1/2022).

Pembukaannya diramaikan dengan pameran produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di bandara itu hingga 23 Januari 2022. Selain itu digelar pameran kampanye kendaraan listrik yang diharapkan bisa digunakan secara masif di Tanah Air.

"Ada 1.100 pelaku UMKM yang hadir dan kami harapkan banyak transaksi dan banyak hasil kreasi orisinal dari Jambi yang bisa diangkat, kami juga melakukan kegiatan ini bersama dan di putaran kedua ini kami makin kompak," ujar Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pada pembukaan tersebut.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memang ditunjuk sebagai manajer kampanye Gernas BBI 2022. Maka dari itu pembukaan berlangsung di bandara. Kemenhub tampaknya akan memanfaatkan beberapa bandara untuk kampanye tersebut.

Tujuan dari Gernas BBI tidak terlalu berbeda ketika Gernas ini diluncurkan pertama kali pada Mei 2020 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tujuan itu adalah pertama, bagaimana mendorong masyarakat untuk mencintai dan membeli produk lokal terutama dari UMKM Indonesia.

Kedua, mendorong UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital dalam mendukung usaha. Khusus di masa pandemi maka yang relevan adalah bagaimana UMKM bisa memperluas jaringan pemasaran tidak hanya secara luring, namun juga bisa secara daring.

Kemenhub sebagai campaign manager juga menjaga dan memastikan agar tujuan tersebut dapat tercapai. Selain itu, seluruh peserta maupun pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan ini diharapkan bersama-sama terus berkolaborasi sehingga apa yang diharapkan melalui kegiatan tersebut, di antaranya omzet UMKM meningkat melalui partisipasi belanja publik kepada produk-produk lokal dapat dicapai.

Di samping itu para pelaku UMKM semakin luas jaringan pemasarannya, terakses dengan jaringan pemasaran daring seperti beberapa UMKM yang telah onboarding di beberapa pasar atau lokapasar.

"Saya pikir dengan leadership dari Pak Menko yang luar biasa, saya pikir kita harus tuntaskan yang kita namakan bangga buatan Indonesia. Ini batik luar biasa buatan Indonesia dan saya pikir ini kalau dikampanyekan akan menjadi suatu barang yang berharga,” kata Menhub Budi Karya.

Baca juga: Gernas BBI, Kemenhub jadikan Bandara Sultan Thaha tempat promosi UMKM


Dukungan "Endorse"

Cukupkah sekadar kampanye? Rasa-rasanya akan lebih ideal jika didukung dengan contoh tindakan. Semakin banyak tokoh publik menggunakan produk lokal, kian banyak dilihat anggota masyarakat, dan pada akhirnya mau meniru. Inilah yang acap disebut pemasaran ala endorse.

Endorse adalah istilah populer dalam pemasaran di media sosial. Praktiknya disebut dengan endorsement. Dalam Bahasa Inggris, endorse artinya dukungan atau pengesahan. Lalu apa itu endorse?

Dikutip dari The Economic Times, endorsement atau endorse adalah bentuk iklan atau promosi yang menggunakan tokoh atau selebriti terkenal yang memiliki pengakuan, kepercayaan, rasa hormat, dan sebagainya dari banyak orang.

Pada era booming penggunaan media sosial, makna orang terkenal mulai meluas, yakni termasuk mereka yang dianggap populer di media sosial. Kelompok ini kemudian dikenal dengan selebgram. Para selebgram ini dianggap orang terkenal di media sosial karena memiliki ratusan ribu pengikut atau follower, bahkan jutaan pengikut.

Misalkan, instagram Presiden Joko Widodo memiliki 44,6 juta pengikut (follower). Wajar apa yang dikenakan Presiden Jpokowi selalu viral, bahkan banyak juga yang mengikuti.

Contoh ketika Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Baduy saat menghadiri sidang tahunan MPR RI pada 16 Agustus 2021. Presiden mengenakan satu set pakaian suku asal Banten tersebut, mulai dari lomar atau ikat kepala, baju tradisional warna hitam, hingga tas koja.

Hal itu membuat hampir seluruh media arus utama membahas tentang suku Baduy dan kebudayaannya. Netizen juga beraksi di media sosial melihat pakaian Baduy masuk gedung parlemen, bahkan dikenakan oleh orang nomor satu di Indonesia.

Efeknya? Pakaian Baduy laris manis sebagaimana dikemukakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menpaekraf) Sandiaga Salahuddin Uno. Menparekraf mengatakan setelah dipakai Presiden Jokowi, pakaian adat Baduy laris manis di pasaran.

Bahkan, untuk tas Baduy, sudah habis dan sulit ditemukan. Kata Sandi, ada pejabat yang mencari tas Baduy, tapi tidak kebagian.

Baca juga: Alasan Jokowi pilih pakaian adat Baduy: Sederhana dan nyaman dipakai

"Baju yang saya pakai ini sangat viral di seluruh platform e-commerce, karena Bapak Presiden memutuskan memakai pakaian khas Lebak, yaitu pakaian Baduy. Kemarin saya dapat laporan stok tasnya habis di seluruh platform e-commerce, habis semua," kata Sandiaga, saat melakukan kunjungan kerja ke Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, beberapa saat setelah pidato Presiden.

Seorang perajin membenarkannya. Saat itu menurut dia, seluruh yang dipakai Presiden Jokowi, mulai dari ikat kepala atau lomar, baju, hingga tas koja ramai dipesan. Bahkan ada juga pembeli yang bertanya sandal yang dipakai Jokowi. "Makanya saya sangat terhormat dan berterima kasih kepada Pak Presiden, dampaknya sangat positif," kata dia.

Begitupun instagram Menhub Budi Karya Sumadi dengan akun @budikaryas memiliki 78,6 ribu follower. Menhub sering memosting aktivitas olahraga. Kalau saja saat olahraga mengenakan jersey atau sepatu buatan lokal, niscaya banyak pengikut yang meniru. Kebiasaan masyarakat Indonesia adalah meniru apa yang dilakukan para tokoh atau selebram.

Jadi, upaya pemerintah mengajak masyarakat agar mau bangga menggunakan produk buatan Indonesia, perlu dibarengi dengan tindakan bukan sekadar mengajak. Para pejabat memberi contoh terlebih dahulu. Ke mana-mana bangga memakai buatan Indonesia, yakinlah akan banyak yang mencontoh.

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022