Jakarta (ANTARA News) - Ada berapakah insinyur yang dicetak Indonesia setiap tahunnya?
Indonesia hanya mencetak sekitar 27,5 ribu sarjana teknik tiap tahunnya, coba bandingkan dengan negara yang memiliki penduduk banyak seperti China yang mencetak sekitar 600 ribu insinyur tiap tahunnya, India 400 ribu insinyur dan Brasil 45 ribu insinyur.
"Ketersediaan insinyur di Indonesia masih kurang jika dilihat dari tuntutan teknologi dan ekonomi saat ini," kata Ir. Muhammad Said Didu, Komisaris Utama PT Merpati Nusantara ketika menjadi pembicara dalam seminar "Building Managerial and Leadership Competencies for Engineers" di gedung PPM Manajemen di Jakarta, Kamis (30/6).
Padahal, teknologi dan industri memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian suatu negara sebut saja Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sosok penting dibalik kemajuan teknologi negara tersebut adalah ketersediaan insinyur yang kompeten dan banyak.
Menurut sebuah laporan dari The National Academies di AS menyebutkan sebesar 85% pertumbuhan pendapatan perkapita di AS disebabkan oleh kemajuan teknologi.
Oleh karena itu, dia mengusulkan sebaiknya keberadaan insinyur dan dikumpulkan di satu tempat atau kota sehingga mereka lebih fokus luntuk menciptakan inovasi teknologi untuk Indonesia.
"Alangkah baiknya, kita mengumpulkan insinyur dan ekonom Indonesia di satu kota dan mengisolasi mereka untuk menemukan inovasi teknologi terbaik untuk indonesia," katanya.
Said Didu prihatin Jakarta menjadi tumpuan kota politik, sosial, dan teknologi. Hal itu, kata dia, berbeda dengan apa yang terjadi di India. Di India, setiap kota memiliki tumpuan yang berbeda-beda, politik ada di New Delhi, sosial atau hiburan ada di Bombay, sedangkan teknologi di sekitar kota-kota tersebut.
"Jadi, jika ada masalah politik di Delhi, hal itu tidak ada akan menular ke kota-kota lainnya yang menopang industri. Hal itu tentu berbeda dengan di Jakarta, jika di Jakarta ada masalah politik, ya sudah, hal itu akan berdampak ke semuanya," katanya.
Selain itu, pemerintah harus fokus mencetak insinyur lokal yang berkompeten dan lebih menggunakan tenaga mereka dibanding merekrut insinyur asing untuk memajukan industri Indonesia.
Satu hal lagi, Dia (Said Didu) menekankan pemerintah harus memberikan renumerasi terhadap profesi insiyur di Indonesia karena peran insyur yang sangat penting.
"Tidak ada satu negara yang mengabaikan insinyur," katanya.
Seminar itu dihadiri juga oleh Andi Ilham Said, Ph.D Direktur Utama PPM Manajemen, Ir. Amir Sambodo. MBM Staf Khusus Menko Perekonomian, Ir. Rinaldi Firmansyah, MBA, CFA Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk dan Ir. Martiono Hadianto, MBA, Presiden Direktur PT Newmont Pacific Nusantara.
(Adm/S026)
Pewarta: Adam Rizallulhaq
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011