Jakarta (ANTARA News) - Ogah terjebak bayang-bayang kekonyolan sosok The Special One, manajer anyar Chelsea, Andre Villas-Boas lebih memilih menjadi diri sendiri ketimbang mengekor kepada pendahulunya itu.

Buktinya? Ia melontarkan ujaran mengagetkan di tengah gelora setiap manusia dengan menegas-negaskan dirinya sebagai sosok pemberani. Wuakakak....

Menyandang predikat sebagai salah satu manajer termuda sepanjang ziarah Premier League, Villas-Boas menyatakan "kita semua manusia pengecut!" Ya, pengecut, kata manajer berusia 33 tahun itu. Kepercayaan dirinya membuncah lantaran ia digadang-gadang cerdik meracik taktik, piawai memotivasi pemain, lihai mengobarkan perang urat syaraf dan kerap membuat penasaran para pemburu berita. Ini resep khas Jose Mourinho.

Tidak percuma Villas-Boas disebut-sebut sebagai mata dan telinga Mourinho. Istimewanya, sebelum meneror publik bahwa "kita semua pengecut", ia mengusung inti keberanian dengan membumikan apa itu kebebasan. Baik Mou maupun Villas-Boas sama-sama berasal dari FC Porto yang menantang keangkuhan media sepak bola Inggris.

Kini, Villas-Boas berdiri di gerbang Stamford Bridge dengan durasi kontrak selama tiga tahun. Ia bersiap menerjang virus "ego Chelsea". Sejumlah pemain senior Chelsea, misalnya John Terry (30), Didier Drogba (33), dan Frank Lampard (33) selama ini membawa dirinya sebagai raja kamar ganti sarat intimidasi.

Meski datang setelah memberikan FC Porto menjuarai Primeira Liga, Taca de Portugal, dan Liga UEFA, sejumlah kalangan menilai Villas-Boas akan kesulitan memimpin Chelsea. "Ketika Anda berjalan ke ruang ganti sarat ego di Chelsea, bahkan melebihi ego dari yang ada di Fulham. Setiap pemain di klub itu terkenal dan untuk seorang pelatih berusia 32 atau 33 tahun ini bisa mengintimidasi," kata Chris Coleman yang pertama kali melatih Fulham di Premier League masih berusia 32 tahun pada 2003.

Dengan bermodal fatsun kebebasan, Villas-Boas memecat asisten pelatih Chelsea, Paul Clements. Ia mengamini bahwa berbuat sesuatu baru menjadi mungkin apabila proses pertimbangan diakhiri dengan dimodali keberanian, bukan kepengecutan. Ini yang spesial dari pemilik nama Luis Andre de Pina Cabral e Villas-Boas.

"Para pemain Chelsea akan tahu apakah Andre Villas Boas memiliki sesuatu yang spesial atau tidak. Jika dia memang spesial, dia akan baik-baik saja. Jika tidak, para pemain akan mengeluh soal dia," tulis Lineker dalam kolomnya di News of the World.

Keberanian tinggal keberanian, musim depan The Blues akan melakoni empat kompetisi, yaitu Premier League, Liga Champions, Piala FA, dan Piala Carling. Chelsea seperti diberitakan media Inggris memprioritaskan Liga Champions dan Premier League. Dan Villas-Boas mengisi keberanian memutuskan karena ia memahami bahwa "Aku sendiri yang membuat keputusan praktis tertentu agar menjadi keputusan. Syaratnya, inisiatif!

"Saya yakin bisa merespons harapan Chelsea dan kami bisa fokus ke empat trofi yang harus kami menangkan. Saya sangat percaya diri bahwa semua pihak akan menyukai ini. Ini sebuah kepemimpinan baru, cara baru. Namun, saya pikir, pada akhirnya, semua berakhir pada motivasi setiap orang, yang merasa harus terus menang untuk klub," kata Villas-Boas.

"Dengan begitu, tak ada keraguan bahwa tantangan bagi saya adalah terus meraih kemenangan dan saya telah menjadi orang yang memiliki rasa lapar akan sukses dan saya ingin terus begitu," tuturnya.

Keberanian Villas-Boas merevolusi Chelsea, terbit dari ungkapan bahasa Latin "Omnibus bene perpensis" (setelah mempertimbangkan semuanya dengan matang). Dan ia menangguk inti keberanian memutuskan bahwa "makin besar dan mendalam pengertianku, makin bebaslah aku". Ia sosok bebas.

Dari Sir Bobby Robson, ia belajar kebebasan dan keberanian memutuskan. Robson dikenal sebagai sohib dari nenek Villas-Boas. Ia berkisah "Ketika Tuan Bobby Robson tiba Porto menjadi pelatih pada 1994, ia datang ke rumah. Saat itu, saya masih anak-anak dan sangat berminat dengan sepakbola. Ia tampak tergugah dengan semangat saya saat itu. Sampai sekarang, semangat itu yang saya hidup ketika menyambangi Chelsea," sebagaimana dikutip dari harian Daily Mirror.

Villas-Boas selama ini disebut-sebut sebagai "The New Jose Mourinho". Ia memiliki jejak rekam yang sama dengan Mourinho, yakni berguru kepada Sir Bobby Robson. "...Ini tentang menciptakan empati, motivasi, dan ambisi untuk semua orang. Mungkin saya lebih memilih dipanggil "The Group One" karena saya ingin kelompok orang-orang ini bekerja sama meraih kesuksesan. Ini adalah target saya," pungkas Villas-Boas yang disebut-sebut berlatarbelakang dari keluarga kaya dan punya keturunan ningrat.

Ia "murid" dari Sokrates. Di ranah pemikiran Yunani kuno, keberanian memutuskan kerap mengutip drama dari buku Dialog Plato berjudul "Crito".

Dikisahkan bahwa Sokrates - yang ditangkap karena dituduh telah meracuni kaum muda dengan paham-paham nyeleneh - mengabaikan ajakan kabur dari para sahabatnya meskipun mereka bisa membukakan pintu penjara dan membenarkan perbuatan mereka sebagai protes atas pengadilan yang dipandang tidak adil.

Villas-Boas tetap Villas-Boas. Salah seorang sastrawan dan filsuf Jerman, Goethe menulis bahwa segala sesuatu yang melekat kepada karakter pribadi seseorang adalah sesuatu yang tidak terkatakan dan tak dapat digambarkan (the individual is ineffable).

Kalau sejarah kegagalan manusia adalah melawan keraguan, maka bahasa tampil sebagai bagian terdasar dan terpenting dari pengetahuan manusia. Dan Villas-Boas mendaratkannya di Premier League dengan mengintroduksi pernyataan lugas dan bernas, "Kita semua manusia pengecut!" Publik media Inggris pun terus mengisi amunisi bagi Villas-Boas.
(A024)

Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011