Jakarta (ANTARA) - Sam Sunderland, setelah dua kali menjuarai Reli Dakar dengan sepeda motor, kini tertarik mengikuti reli tersebut di balik kemudi roda empat.

Pebalap 32 tahun yang disponsori oleh Red Bull itu telah lama menyatakan ketertarikannya kepada kategori mobil dan kemenangannya di Arab Saudi bulan ini dapat membantu membukakan pintu baginya.

"Ini sulit, tidak tersedia terlalu banyak opsi untuk terjun ke roda empat," kata satu-satunya pebalap Inggris yang memenangi Dakar itu kepada Reuters.

"Saya cinta membalap bersama motor saya, saya merasa mungkin akan sedikit lebih aman berada di dalam (roll) cage dan dengan sabuk pengaman.

"Saya harus melihat apakah ada kejutan setelah saya merebut titel kedua. Jika hal tak terduga itu muncul, saya akan mempertimbangkannya. Tapi butuh kerja keras dan pengorbanan agar saya berada di tempat saya sekarang ini, dan tentunya saya tidak ingin berhenti dari semua itu..."

Baca juga: Al-Attiyah juarai Reli Dakar untuk keempat kalinya

Dakar tahun ini bebas dari kecelakaan fatal selama dua pekan digelar, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dua pebalap sepeda motor tewas setelah mengalami kecelakaan dalam reli edisi 2020 dan satu meninggal dunia tahun lalu.

Stephane Peterhansel, yang dijuluki Mr Dakar, paling sukses pindah kategori sepeda motor ke mobil pada saat pebalap Prancis itu merebut enam titel dakar dari roda dua dan delapan gelar dari kategori roda empat.

Pebalap Spanyol Nani Roma juga pernah menang dalam kedua kategori itu.

Ajang reli dua pekan yang lahir pada 1978 dengan nama Paris-Dakar tersebut memiliki reputasi sebagai salah satu balapan paling berbahaya dalam kalender motorsport dunia.

Sunderland, yang membagi waktunya antara tinggal di Dubai dan Andorra, menyisakan satu tahun dalam kontraknya dengan tim GasGas, bagian dari KTM Group, dan akan kembali menunggangi sepeda motornya di Dakar 2023.

Baca juga: Juara Reli Dakar, Sunderland rebut titel kedua kategori sepeda motor

Atlet Red Bull itu meraih gelar pertamanya di Amerika Selatan pada 2017, namun kemenangannya tahun ini terasa berbeda.

"Kami bersaing dalam selisih beberapa menit hingga hari terakhir dari balapan selama 12 hari itu," kata Sunderland.

"Sangat penuh tekanan dan penuh upaya setiap harinya, saya rasa itu hanya membuat kemenangan itu terasa jauh lebih manis, merebutnya setelah pertarungan yang besar seperti itu."

Beberapa waktu lalu sebelum balapan, Sunderland mendapati adrenalinnya terpacu saat dia memanjat gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa setinggi 828m di Dubai, berdiri sendirian di puncak pencakar langit itu untuk syuting video promosi.

Dia mengatakan itu mungkin hal "tergila" yang pernah dia lakukan dan itu bahkan masih terasa lebih aman dibandingkan menjalani etape di Dakar.

Baca juga: Al-Attiyah dan Sunderland tinggal selangkah menuju titel Reli Dakar

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2022