Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI Johnny G Plate menegaskan spektrum frekuensi radio untuk jaringan telekomunikasi 5G di Indonesia aman tidak mengganggu spektrum frekuensi keselamatan penerbangan.
Penegasan itu disampaikan kepada masyarakat karena adanya pemberitaan mengenai pembatasan sementara penggelaran jaringan 5G di Amerika Serikat yang menggunakan pita frekuensi 3,7 GHz, khususnya di area sekitar bandara.
Menkominfo dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, mengatakan pemerintah Indonesia perlu hadir memberikan penjelasan menyeluruh kepada masyarakat agar mendapatkan konteks yang tepat.
"Kementerian Kominfo perlu hadir memberikan penjelasan kepada publik agar informasi dapat dipahami untuk konteks Indonesia dengan tepat. Sebab, di Indonesia, layanan 5G yang saat ini beroperasi secara komersial oleh 3 operator seluler nasional yakni Telkomsel, Indosat, dan XL menggunakan 2 pita frekuensi seluler eksisting yaitu pita frekuensi 1800 MHz dan 2,3 GHz," jelasnya.
Baca juga: Pemerintah sudah serahkan daftar calon anggota KIP ke DPR
Menteri Johnny menjelaskan saat ini Kementerian Kominfo melakukan farming dan refarming spektrum frekuensi radio agar pemanfaatan pita frekuensi radio berlangsung optimal.
Menurutnya, jaringan 5G di Indonesia disiapkan untuk Low Band pada pita frekuensi 700 MHz, Middle Band pada pita frekuensi 3,5 GHz dan 2,6 GHz, dan High Band pada pita frekuensi 26 GHz dan 28 GHz.
"Untuk pita frekuensi baru yang sedang dalam proses farming dan refarming guna memberikan tambahan bandwidth dan variasi use cases layanan 5G, sehingga lebih berkualitas dan optimal bagi masyarakat dan pelaku usaha," paparnya.
Bicara soal penerbangan dan jaringan 5G, Menkominfo mengatakan hingga saat ini tidak ada masalah terkait gangguan penerbangan dengan jaringan 5G maupun 4G yang dilaporkan.
"Baik untuk 4G dan 5G, aman. Indonesia memiliki guard band yang cukup besar sehingga kami tidak khawatir akan adanya interferensi dengan radio altimeter dan navigasi pesawat," kata dia.
Adapun guard band selebar 600 MHz tersebut membentang dari mulai frekuensi 3,6 GHz sampai dengan 4,2 GHz, guna membentengi Radio Altimeter dari sinyal jaringan 5G. Guard band sebesar itu hampir 3 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan yang disediakan di Amerika Serikat.
Menkominfo mengatakan pihaknya melalui Balai Monitoring juga selalu melakukan pengawasan frekuensi di wilayah bandara dan Badan Meteorologi agar tidak ada interferensi antara spektrum frekuensi penerbangan dan BMKG, dengan radio-radio ilegal yang menggunakan frekuensi sama, daya (power) besar, yang berpotensi mengganggu sarana navigasi penerbangan dan BMKG.
"Balai monitoring selalu lakukan langkah tegas termasuk penyitaan radio-radio ilegal. Dan ini pekerjaan sehari-hari Balai Monitoring Kominfo yang dilengkapi dengan alat pendeteksi spektrum termasuk yang mobile," jelas Johnny.
"Kami lakukan bersama Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) untuk berikan penjelasan kepada masyarakat agar masyarakat tahu, jangan sampai masyarakat ragu naik pesawat, hingga menuntut penundaan 5G yang berdampak pada industri telekomunikasi nasional kita," imbuhnya.
Menteri Johnny berharap industri telekomunikasi nasional menjadi lebih produktif dengan terus menjaga keselamatan jalur transportasi sebagai tulang punggung konektivitas masyarakat dan logistik nasional.
"Seluruh upaya ini tentunya diawasi dengan berbagai instrumen regulasi dan kebijakan-kebijakan agar berdaya saing dan terus bertumbuh memenuhi kebutuhan nasional mewujudkan Indonesia Terkoneksi: Semakin Digital, Semakin Maju," katanya.
Baca juga: Menkominfo: Frekuensi 3,7 - 4,2 Ghz untuk komunikasi satelit, bukan 5G
Baca juga: Kementerian Kominfo luncurkan G20pedia untuk sukseskan G20 2022
Baca juga: Menkominfo: LPS penyelenggara MUX harus lewati uji laik operasi
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022