Ketua Divisi THT Komunitas RSU dr Soetomo/FK Unair Dr dr Nyilo Purnami, SpTHT-KL kepada wartawan di Surabaya, Rabu, mengatakan, radang telinga tengah biasanya dialami anak yang sering mengalami batuk serta pilek.
"Radang itu menghambat pendengaran. Anak masih bisa mendengar, tapi tak bisa menangkap secara utuh informasi atau rangsangan yang diberikan kepadanya dan berakibat keterlambatan bicara pada anak. Karena itu, jangan remehkan anak yang hidungnya kerap mengeluarkan ingus," katanya.
Ia mengimbau orang tua untuk tidak meremehkan keterlambatan bicara pada anak. Sebab kondisi tersebut bisa mengganggu proses tumbuh kembang dan kemampuan intelejensia anak.
Apalagi saat ini ada kecenderungan peningkatan anak terlambat bicara yang berobat ke Poli Audiologi RSU dr Soetomo.
Berdasar catatannya, pada 2007 penderita keterlambatan bicara yang berobat sebanyak 331 anak. Setahun kemudian, jumlah penderita naik menjadi 336 anak. Sedangkan pada 2009, ada 412 anak yang mengalami keterlambatan bicara. Puncaknya terjadi setahun berikutnya, yakni menjadi 418 anak.
"Jika anak belum lancar bicara, sebaiknya segera periksakan ke dokter. Ada kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran," kata Nyilo Purnami.
Hanya saja, lanjut dia, gangguan pendengaran tersebut jangan lantas diartikan anak mengalami ketulian. Bisa saja anak hanya mengalami gangguan pendengaran tingkat ringan hingga sedang.
Nyilo menambahkan, awalnya akan diperiksa dan dicari penyebab anak mengalami keterlambatan bicara. Jika ada radang di telinga tengah, sebaiknya segera diobati. Selain terapi medis, bisa juga diikuti dengan terapi wicara. Dengan begitu anak yang semula terlambat bicara bisa menjadi lancar.
"Orang tua juga harus terus merangsang anaknya agar lancar berbicara. Misalnya dengan sesering mungkin berbicara atau membacakan cerita ke anak. Melalui cara ini, kosakata yang dimiliki anak kian bertambah. Dengan begitu, lambat laun anak lancar berbicara," tukas dia.(*)
(ANT-165/R014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011