London (ANTARA News) - Koordinator Regional untuk Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Departemen Luar Negeri Swiss Daniel Derzic, mengatakan bahwa Swiss bermaksud untuk menjadi mitra pembangunan (development partner) bagi anggota Negara ASEAN.
Hal itu disampaikan Daniel Derzic dalam roundtable discussion yang diselenggarakan KBRI Bern di Kursaal Bern, demikian keterangan pers KBRI Bern yang diterima Antara London, Rabu.
Diskusi dengan tema "ASEAN Community in a Global Community of Nations" ini menghadirkan tiga narasumber Wakil Tetap RI untuk ASEAN, Duta Besar Ngurah Swajaya, Direktur Mitra Wicara dan Antar Kawasan, Jose Tavares serta Dosen Universitas Indonesia, Dr. Makmur Keliat yang sedang melakukan riset di University Freiburg, Jerman.
"ASEAN merupakan mitra penting bagi Swiss," ujar Daniel Derzic. Kawasan ASEAN menduduki peringkat ke-empat ekspor Swiss dan berada dalam peringkat kedua dalam ukuran volume perdagangan dengan Swiss.
Kepentingan Swiss terhadap ASEAN juga ditunjukkan melalui penunjukan Duta Besar Swiss di Jakarta sebagai Duta Besar untuk ASEAN sejak tahun 2009.
Dalam paparannya, Duta Besar Ngurah Swajaya menyampaikan visi Indonesia sebagai Ketua ASEAN saat ini untuk mendorong terbentuknya suatu Komunitas ASEAN yang berorientasi dan berpusat pada rakyat.
Komunitas ASEAN yang terbentuk nantinya akan menjadi inti dari pengembangan arsitektur kawasan. Dengan tercapainya suatu Komunitas ASEAN yang kuat yang memiliki hubungan baik dengan berbagai mitra di luar ASEAN, diharapkan ASEAN di masa depan akan dapat memiliki posisi bersama dalam berbagai isu global yang menjadi perhatian bersama.
Pada kesempatan tersebut, Direktur MWAK Jose Tavares menjelaskan mengenai perkembangan hubungan kerjasama antara ASEAN dan negara-negara di sekitar kawasan ASEAN dalam tiga pilar utama, yaitu politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Beberapa contoh yang disampaikan antara lain ASEAN plus three, ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Defense Ministerial Meeting, serta East Asia Summit.
Sementara itu, Dr. Makmur Keliat menjelaskan mengenai pentingnya peningkatan kapasitas institusional ASEAN sebagai salah satu kunci untuk menjadikan ASEAN sebagai lembaga yang lebih otonom di masa datang.
Argumentasi ini didasarkan pada pandangannya bahwa saat ini ASEAN masih merupakan suatu organisasi yang dikendalikan oleh anggota-anggotanya, ketimbang merupakan organisasi yang mengendalikan anggota-anggotanya.
Karena itu adalah krusial bagi ASEAN untuk mengubah statusnya menjadi suatu variabel yang independen di kawasan. Walaupun melancarkan kritik, Dr. Keliat mengakui ASEAN mencapi banyak keberhasilan, antara lain menjaga stabilitas keamanan antar kawasan ASEAN.
Selama ini, praktis tidak terjadi perang besar antar wilayah ASEAN, meskipun masih terdapat konflik kecil antar negara dalam satu kawasan. ASEAN Charter, Bangkok Declaration, dan berbagai kesepakatan kerja sama antar negara ASEAN merupakan bukti keberhasilan ASEAN, ujar Dr. Makmur.
Pada sesi tanya jawab, Duta Besar Timor Leste di Jenewa, yang menyempatkan diri datang ke Bern menanyakan mengenai kemungkinan bergabungnya Timor Leste ke dalam kawasan ASEAN.
Duta Besar Ngurah mengatakan penerimaan anggota baru ASEAN ditentukan berdasarkan konsensus. Indonesia pada dasarnya menyambut baik keinginan Timor Leste tersebut.
Pertanyaan lain yang diajukan menyangkut penguatan institusi ASEAN, mekanisme penyelesaian masalah (dispute settlement mechanism) serta kaitan dan kemungkinan kerja sama antara ASEAN Inter-Parliamentary Association (AIPA) dengan badan ASEAN yang terdiri dari pemerintah (eksekutif).
Diskusi dihadiri sekitar 40 orang peserta, termasuk sejumlah Duta Besar dari negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik lainnya, pejabat pemerintahan Swiss, think tank dan kalangan akademisi Swiss, serta anggota Persatuan Pelajar Indonesia Swiss.
Selain untuk memperkenalkan ASEAN kepada masyarakat Swiss, kegiatan ini juga dimaksudkan mempromosikan ASEAN Community sebagai kawasan yang strategis, baik sebagai basis produksi, maupun sebagai mitra dagang yang potensial. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011