Jakarta (ANTARA) - Museum Zoologicum Bogoriense Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memperbanyak koleksi DNA fauna Indonesia seiring dengan berbagai penambahan spesimen fauna yang disimpan di museum tersebut.
"Koleksi DNA ini sangat penting karena fungsinya tidak hanya sebagai pendukung proses identifikasi satwa, tetapi juga dapat menjadi alat pemetaan sumber daya genetika yang sangat akurat," kata Koordinator Pengelola Koleksi Museum Zoologicum Bogoriense Nova Mujiono dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Museum Zoologicum Bogoriense di Kompleks Cibinong Science Center – Botanical Garden (CSC-BG) di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berperan sebagai pusat depositori nasional kekayaan fauna berupa beragam koleksi spesimen fauna dari seluruh Indonesia.
Baca juga: Museum Zoologicum Bogoriense rayakan ulang tahun ke-122
Nova menuturkan DNA menjadi penting tidak hanya terbatas dalam keilmuan taksonomi yang menjadi kompetensi utama Museum Zoologicum Bogoriense, tetapi juga dalam bidang aplikasi konservasi dan pemanfaatan kehati.
Kegiatan koleksi material DNA di Museum Zoologicum Bogoriense dimulai sejak 1997.
Koleksi spesimen yang disimpan di museum itu adalah koleksi rujukan berstandar internasional dan merupakan salah satu aset yang sangat penting dan berharga bagi Negara Indonesia.
Saat ini, museum tersebut telah memiliki 2.853.473 spesimen. Jumlah itu akan terus bertambah setiap tahunnya seiring dengan penambahan koleksi yang berasal dari aktivitas riset, dan itu akan menjadikan Museum Zoologicum Bogoriense sebagai museum fauna dengan koleksi ilmiah yang terbesar di Asia Tenggara.
Per 5 Oktober 2021, Museum Zoologicum Bogoriense telah mengoleksi beberapa kelompok spesimen yaitu 42.617 mamalia, 37.429 burung (aves), 26.268 ikan, 32.648 amfibi, 22.441 reptilia, 24.819 moluska, 5.617 krustasea, 2.644.839 serangga, 1319 endoparasit acari, 12.001 ektoparasit, 2.673 collembola 144 chilopoda, dan 658 diplopoda.
Pengelolaan spesimen koleksi fauna di museum tersebut selama ini sudah memenuhi standar pengelolaan museum internasional.
Baca juga: BRIN bangun rumah kaca di Kebun Raya Cibinong
Pelaksanaan pemrosesan spesimen sampai penyimpanan pun sudah mengikuti petunjuk atau buku panduan Pengelolaan Koleksi Zoologi (2006) dan baru-baru ini diberlakukan Prosedur dan Instruksi Kerja Pengelolaan Koleksi Spesimen fauna Museum Zoologicum Bogoriense sesuai dengan ISO 9001: 2008 (2013).
Spesimen yang ada di museum tersebut diawetkan dengan dua cara, yakni spesimen kering dan spesimen basah. Spesimen kering dapat berbentuk kulit, bulu, dan tulang.
Sedangkan spesimen basah dapat berupa tubuh utuh atau organ dalam yang direndam dalam alkohol 70 persen. Kedua tipe pengawetan spesimen tersebut disimpan dengan cara berbeda.
Koleksi spesimen fauna tersebut diperoleh dari berbagai cara, antara lain dari hasil eksplorasi peneliti ke seluruh wilayah Republik Indonesia, pemberian dari lembaga atau masyarakat seperti kolektor, titipan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam, atau bahkan barang sitaan dari karantina hewan.
Museum Zoologicum Bogoriense didirikan oleh seorang ahli zoologi pertanian berkebangsaan Jerman JC Koningsberger pada 1894 yang bertugas mengoleksi dan meneliti serangga pada tanaman pertanian di Kebun Raya Bogor.
Baca juga: BRIN promosikan energi nuklir Indonesia di forum internasional
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022