"Mari kita tunjukkan perilaku yang damai, ramah dan toleran. Mari kita persiapkan masa depan bangsa, sesuai tuntutan nilai-nilai universal yang luhur dan berkeadilan, untuk membangun bangsa besar yang maju dan berwawasan kemajuan," kata Presiden di Jakarta, Selasa.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden di Istana Negara, saat melakukan silaturahmi dengan para peserta Musabaqah Hafalan Al Quran (MTQ) dan Hadist Pangeran Sultan bin Abdul Aziz tingkat ASEAN dan Pasifik.
Presiden juga meminta para peserta Musabaqah dari Indonesia untuk berperan aktif dalam mencerahkan, membimbing, dan meluruskan pemahaman agama yang kurang tepat.
"Cegah dan lindungi kaum muslimin dari pemahaman yang keliru dan menyimpang, apalagi yang menyuburkan radikalisme serta menyakiti kelompok tertentu hingga menimbulkan tindak kekerasan," katanya.
Ia mengajak umat Islam menjadikan Al Quran sebagai rujukan ajaran Islam yang agung, ajaran yang menaburkan kasih sayang, perdamaian, kerukunan, serta pendekatan yang baik, pendekatan yang penuh dengan nilai-nilai peradaban yang luhur.
"Mari kita jadikan Al-Quran sebagai rujukan dalam membangun akhlak yang mulia, budi pekerti yang luhur, jiwa yang terang, pikiran yang positif dan sikap yang optimis dalam menghadapi tantangan peradaban," ujarnya.
Menurut Presiden, umat Islam berkewajiban untuk meningkatkan kualitas pemahaman, perenungan, dan pembelajaran dari kitab suci Al Quran, baik yang berupa ayat-ayat qauliyah maupun qauniyah.
Umat Islam, kata dia, juga harus terus menggelorakan semangat dalam mempelajari nilai-nilai keteladanan yang tertuang dalam hadist-hadist Nabi, serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Berbagai prinsip dan falsafah kehidupan yang tertuang dalam Al Quran dan Hadist, harus terus kita semai, kita tumbuh kembangkan, serta kita perluas peranannya sebagai rujukan utama, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sosial, maupun pada tataran kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.
Spirit Qurani
Penerapan nilai-nilai Islami dan spirit Qurani sebagai rujukan utama, menurut Presiden harus diperluas hingga lingkup pergaulan internasional, utamanya di tengah arus pergeseran nilai, norma dan perilaku kemanusiaan di era peradaban global sekarang ini.
Ia mengatakan bahwa umat Islam yang hidup di era global dengan segala dinamikanya berkewajiban untuk menguasai pemahaman yang utuh terhadap nilai-nilai keutamaan universal, yang bersumber dari Al Quran dan Hadist.
"Kita juga harus mampu mengaktualkannya, sekaligus memberi kontribusi secara konstruktif dalam membangun tatanan dunia yang makin aman, makin adil, makin damai, dan makin sejahtera," katanya.
Musabaqah itu berlangsung pada 26-28 Juni 2011 yang diikuti oleh 83 peserta yang terdiri dari 22 orang dari Indonesia, 13 orang dari Thailand, 12 orang dari Malaysia, tujuh orang dari Brunei, dan lima orang dari Kamboja.
Selain itu juga empat orang dari Filipina, empat orang dari Singapura, tiga orang dari Selandia Baru, tiga orang dari Uzbekistan, tiga orang dari Kirgiztan, dua orang dari Australia, dua orang dari Tajikistan dan dua orang dari Timor Leste.
Kegiatan yang dilakukan sejak 2008 itu merupakan ide dari Presiden Yudhoyono yang disponsori oleh Arab Saudi.(*)
(T. G003/S019)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011