Banda Aceh (ANTARA News) - Ribuan massa yang mengatasnamakan Komite Mahasiswa Peduli Aceh (KMPA) melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPR Aceh di Banda Aceh, Selasa, menolak calon independen pada Pilkada 2011.
Aksi damai yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB tersebut berlangsung tertib, karena ratusan aparat kepolisian dan dibantu personil Satuan Polisi Pamong Praja melakukan penjagaan dengan ketat.
Massa yang datang dari seluruh Aceh tersebut sejak Senin (27/6) malam sudah berkumpul di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang berjarak sekitar 700 meter dari DPR Aceh.
Pada pukul 08.45 WIB massa mulai bergerak ke DPR Aceh dengan berjalan kaki. Jalan menuju ke gedung dewan yakni Jln. Daud Beureueh sampai simpang Jambo Tape ditutup untuk kenderaan umum.
Tepat pukul 09.00 WIB, massa sudah berkumpul di depan halaman gedung DPR Aceh. Sementara aparat kepolisian berjaga-jaga di pintu gerbang dan di halaman gedung.
Pada kesempatan itu, Waka Polda Aceh Brigjen Pol Surya Dharma menyampaikan agar dalam melakukan aksi unjuk rasa massa tidak anarkis dan ikut menjaga ketentraman bersama.
Ia juga berharap agar massa tidak mudah terpancing dengan provokator yang ingin memanfaatkan suasana ini untuk melakukan anarkis.
"Kami sangat menghargai tujuan bapak-bapak ke mari, tapi tolong mari sama-sama menjaga ketertiban dan kedamaian, baik pada saat unjuk rasa maupun saat bubar," katanya.
Sementara itu, di ruang sidang berlangsung rapat paripurna membahas empat rancangan qanun, di antaranya Ranqanun Pilkada 2011. Pada rapat tersebut baru menyampaikan pendapat para fraksi.
Dijadwalkan rapat paripurna tersebut akan ditutup Selasa malam, sekaligus untuk mengesahkan empat ranqanun menjadi qanun, satu diantaranya Qanun Pilkada.
Pada kesempatan itu, Koordinator aksi Indra Fauzi menyampaikan pernyataan sikap KMPA yakni agar DPR Aceh menolak klausul calon independen dimasukkan dalam Qanun Pilkada 2011, karena bertentangan dengan UUPA dan MoU Perdamaian Helsinki.
Sementara di halaman gedung DPRA, telah disiagakan dua unit mobil water canon yang biasa digunakan untuk menghalau massa jika terjadi kerusuhan.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011