Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat mengatakan Senin bahwa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah berbicara tentang perlunya "keadilan dan akuntabilitas" dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan Muammar Gaddafi, mengulangi permintaan bahwa pemimpin Libya menyerahkan kekuasaan.
"Pandangan kami adalah bahwa tindakan pasukan keamanan dan rezim Gaddafi yang disorot dalam keputusan pengadilan menggarisbawahi gravitasi dari apa yang kita saksikan dan apa yang telah koalisi usahakan untuk mencegah di Libya," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland pada sebuah jumpa pers di departemen.
"Dan dalam menghadapi kejahatan-kejahatan besar semacam ini dan gravitasi ini, kebutuhan untuk keadilan dan akuntabilitas adalah benar-benar jelas," tambahnya.
ICC yang bermarkas di Den Haag mengeluarkan surat perintah penangkapan pada Senin untuk Gaddafi serta putranya Saif al-Islam dan saudara tirinya Abdullah al-Senussi, kepala intelijen Libya, atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Jaksa ICC menyatakan bahwa mereka terlibat dalam pembunuhan demonstran saat protes anti-pemerintah pecah di negara Afrika Utara pada Februari terhadap 41 tahun kekuasaan Gaddafi.
"AS percaya bahwa keputusan untuk merujuk kasus ke ICC adalah keputusan yang tepat, dan ICC sekarang telah berbicara tentang perlunya keadilan dan akuntabilitas," kata Nuland.
"Sehubungan dengan apakah ini menyakitkan atau membantu, itu tidak mengubah fakta bahwa Gaddafi harus mengambil pesan bahwa sudah waktunya untuk pergi," tambahnya.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan pemindahan pengadilan mengindikasikan bahwa Gaddafi "telah kehilangan legitimasinya," dan mengatakan "Ini merupakan langkah lain dalam proses pertanggungjawabannya."
Langkah ICC muncul pada saat pemboman udara yang dipimpin NATO terhadap sasaran-sasaran pemerintah Libya memasuki hari ke-100.
Lynn Pascoe, Wakil PBB untuk urusan politik, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada Senin bahwa dengan melakukan serangan udara NATO, kekuatan oposisi Libya kini "menghentikan" perjuangan mereka melawan pasukan Gaddafi.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011