"Kabar yang boleh kita bersyukur, karena perdagangan dengan China tumbuh pesat, ekspor-impor di atas 100 miliar dolar AS, di mana pada 2021 kita defisit 2,45 miliar dolar AS dan merupakan yang terendah sejak ditandatanganinya ASEAN-China Free Trade Agreement pada 2007," kata Mendag saat konferensi pers, Selasa.
Mendag menyampaikan, angka defisit perdagangan dengan China pada 2021 lebih rendah ketimbang pada 2020 yang angkanya 7,85 miliar dolar AS dan pada 2019 yang nilai defisitnya 15 miliar dolar AS.
Diketahui, China merupakan mitra dagang terbesar pertama bagi Indonesia dengan nilai perdagangan antara Indonesia dengan RRT mencapai 110,01 miliar dolar AS sepanjang 2021.
Adapun nilai ekspor produk Indonesia ke China pada 2021 mencapai 53,78 miliar dolar AS atau tumbuh 69,22 persen dibandingkan pada 2020 yang angkanya 31,78 miliar dolar AS.
Sedangkan, Indonesia mengimpor aneka produk asal China dengan nilai 56,23 miliar dolar AS atau meningkat 41,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang nilai imporny 39,63 miliar dolar AS.
China juga menjadi tujuan ekspor besi dan baja asal Indonesia (HS72) yang menyumbang 61 persen dari total ekspor besi dan baja RI pada 2021.
Selain itu, ekspor produk minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya ke China juga menjadi salah satu yang berkontribusi besar, yakni mencapai 20,5 persen.
Baca juga: Mendag: Ekspor 2021 cetak rekor baru, didominasi produk manufaktur
Baca juga: Mendag: Inflasi "volatile food" 2021 terjaga di tingkat yang rendah
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022