PBB (ANTARA) - Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Abdulla Shahid pada Senin (17/1) mengatakan bahwa erupsi dahsyat gunung berapi di Tonga beserta tsunami yang mengikutinya menunjukkan kerentanan Negara-negara Berkembang Pulau Kecil (SIDS) terhadap bencana alam.

Ketika menyangkut SIDS, opsi-opsi penanggulangan yang biasanya tersedia menjadi terbatas. Terdapat keterbatasan pada lahan yang lebih tinggi. Air tanah mudah terkontaminasi dan hampir semua infrastruktur berada di dekat bibir pantai, kata Shahid seperti dikutip dari juru bicaranya, Paulina Kubiak.

"Apa yang kita butuhkan adalah meningkatkan pertahanan seperti yang tertuang dalam Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana dan lebih perinci disebutkan dalam Agenda 2030," kata jubir.

Keadaan itu merupakan suatu contoh bahwa solidaritas internasional diperlukan untuk menanggulangi krisis dan rekonstruksi, lanjutnya.

Shahid mengikuti perkembangan di Tonga secara saksama.

Presiden Majelis Umum itu merasa lega bahwa sejauh ini tidak ada konfirmasi kematian maupun korban luka massal.

Akan tetapi, Shahid mengetahui komunikasi masih terputus. Presiden menyadari bahwa sulit untuk menaksir kerugian akibat peristiwa erupsi, kata juru bicara.

Sumber: Xinhua

Baca juga: Pulau-pulau di Tonga rusak parah, dua orang tewas

Baca juga: Kerusakan akibat tsunami di Tonga hambat pengiriman bantuan

Gambaran letusan gunung berapi Tonga dari citra satelit

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022