Kami mengharapkan Kementerian Pertanian memberikan pendidikan kepada para petani supaya petani ini hidup, yaitu bagaimana tata cara menanam kedelai seperti di Amerika. Jadi bagaimana mekanisasinya, pakai mesin, pakai asuransi dan lain-lain.

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin berharap pemerintah melalui Kementerian Pertanian dengan berbagai programnya bisa meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dengan hasil yang terstandar.

"Kami mengharapkan Kementerian Pertanian memberikan pendidikan kepada para petani supaya petani ini hidup, yaitu bagaimana tata cara menanam kedelai seperti di Amerika. Jadi bagaimana mekanisasinya, pakai mesin, pakai asuransi dan lain-lain," kata Aip di Jakarta, Selasa.

Aip memaparkan bahwa kekurangan dari komoditas kedelai lokal adalah produknya yang tidak terstandar karena proses produksinya masih menerapkan sistem pertanian tradisional. Sementara produk kedelai impor dari Amerika Serikat dan Brasil sudah terstandar lantaran menggunakan mekanisasi dan teknologi dalam proses produksinya.

Baca juga: Gakoptindo paparkan kelebihan-kekurangan kedelai impor dan lokal

Saat ini kebutuhan kedelai nasional masih bergantung pada impor karena produksi dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi permintaan komoditas pangan tahu dan tempe dalam negeri.

Kebutuhan kedelai nasional dalam setahun mencapai 3 juta ton, sementara produksi kedelai lokal hanya berkisar antara 300 ribu hingga 400 ribu ton setahun. Jumlah tersebut terus menurun semenjak Indonesia bisa swasembada kedelai pada tahun 1992.

Baca juga: Gakoptindo ungkap alasan RI masih tergantung kedelai impor

Aip menjelaskan petani enggan menanam kedelai karena nilai ekonomi yang lebih rendah dibandingkan menanam padi ataupun jagung. Per 1 hektare tanaman kedelai hanya bisa menghasilkan produksi 2 ton dengan keuntungan Rp7 juta.

Jika petani menanam padi dengan luas yang sama dan masa tanam yang sama yaitu sekitar 100 hari, kata Aip, petani bisa menghasilkan 5 sampai 6 ton beras dengan keuntungan bisa Rp50 juta hingga Rp60 juta dalam satu kali tanam.

Aip mengatakan pada saat Indonesia swasembada kedelai di tahun 1992, harga kedelai selalu 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras. Seiring produksi kedelai di Amerika dan Brasil meningkat, harga kedelai mengalami penurunan dan jadi di bawah harga beras.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022