pihaknya masih harus mencari satu desain pakem yang merupakan identitas dari SaSaMbo.
Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat akan segera mempatenkan batik khas suku Sasak Samawa dan Mbojo, yang biasa disingkat SaSaMbo, agar tidak diakui pihak lain.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Barat, Lalu Imam Maliki, di Mataram, Senin, mengatakan, pihaknya segera mengurus hak paten batik SaSaMbo untuk menangkal peredaran batik SaSaMbo tiruan atau kemungkinan adanya produksi dari luar NTB.
"Seperti yang diinginkan gubernur, seluruh satuan kerja perangkat daerah di lingkup Pemerintah Provinsi NTB wajib menggunakan batik SaSaMbo produksi lokal. Kalau pakai produksi luar sama saja dengan membuat orang lain kaya," ujarnya.
Imam belum mengetahui secara pasti peredaran batik SaSaMbo yang diproduksi di luar daerah.
Namun, kata dia, apabila ada daerah lain yang memproduksi batik SaSaMbo, maka NTB dapat dikatakan kecolongan.
Salah satu aset yang baru saja digagas dan menjadi ciri khas NTB ini patut dijaga dengan baik karena bertujuan untuk mengangkat pendapatan masyarakat di daerah.
Maliki mengatakan, pihaknya sudah mendapat banyak masukan untuk mendaftarkan hak paten batik SaSaMbo di Kementerian Hukum dan HAM.
Untuk mewujudkannya, kata dia, pihaknya masih harus mencari satu desain pakem yang merupakan identitas dari SaSaMbo.
"Itu yang masih kami diskusikan, memang sampai sekarang, batik SaSaMbo masih belum punya ciri khas baik dari motif maupun desain yang khas. Seperti batik Keris dari Yogyakarta," ujarnya.
Menurut dia, untuk memutuskan motif dan desain pakem yang akan didaftarkan hak patennya tidak gampang karena apa yang tergambar dalam motif dan desain tersebut merupakan representasi dari tiga etnis yang ada di NTB yaitu Sasak (nama suku di Pulau Lombok) dan Samawa serta Mbojo (nama suku di Pulau Sumbawa).
Oleh sebab itu, kata dia, upaya mempatenkan batik SaSaMbo membutuhkan waktu relatif lama karena harus mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, seniman, budayawan untuk dimintai pendapatnya soal motif dan desain yang benar-benar sesuai dengan harapan seluruh masyarakat NTB.
"Motif batik harus mencerminkan nilai-nilai budaya. Makanya, kami perlu mendengar masukan dari berbagai kalangan," ujarnya.
(ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
jangan setelah diambil negara lain baru "geger"..
jangan lupa dikemas dengan rapi biar menarik....
tas kertas bisa jadi pilihan untuk tempat kemas.sbagai bonus pembeli, selain bagus juga tas kertas dg tulisan logo dapat membantu jangkauan pemasaran
..........
dan juga membantu mencegah global warming