Dia harus minum obat seumur hidup. Penyakitnya sama seperti orangtua dan kakaknya yang meninggal.
Depok (ANTARA News) - Satu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak di Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, meninggal dunia akibat terinfeksi penyakit penurunan kekebalan tubuh atau Human Immunodeficiency Virus (HIV).
"Zh diketahui menderita HIV setelah dirinya melakukan cek darah dan mendapat perawatan di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, selama 12 hari," kata Nenek Zh, Nyai Manih, di Depok, Senin.
Zh sendiri yang saat ini berusia enam tahun terinfkesi HIV sejak tiga tahun yang lalu. Nyai menduga anak dan dua cucunya terkena penyakit tersebut dari ayahnya yang merupakan pecandu narkoba jarum suntik.
"Dalam waktu dua tahun saya kehilangan tiga orang anggota keluarga. Menantu, anak dan cucu," kata Nyai.
Tiga orang anggota keluarga tersebut meninggal dunia akibat HIV, yaitu Rdw ayah Zh, Mr ibu Zh, dan Mt kakak Zh.
"Ayahnya meninggal saat Zh usia enam bulan. Tidak lama kakaknya juga meninggal. Setelah itu baru ibunya meninggal dunia. Sekarang Zh tinggal bersama saya dan kakeknya saja," kata dia.
"Ketika dokter menyatakan penyakit tersebut saya sangat sedih sekali," kata Nyai dengan linangan air mata.
Nyai Manih mengatakan gejala awal yang dialami Zh adalah panas yang tinggi, pusing, susah bernafas, dan mulutnya berjamur.
Menurut dia, pengobatan yang dilakukan adalah diuap dan hilang putih-putih di mulutnya.
"Dia harus minum obat seumur hidup. Penyakitnya sama seperti orangtua dan kakaknya yang meninggal," paparnya.
Selama menjalani perawatan, biaya pengobatan Zh ditanggung keluarga, dan harus membayar Rp700 ribu dari total keseluruhan tagihan yang mencapai Rp 4,7 juta.
Cucunya tersebut harus berobat rutin setiap bulan.
Nyai bersyukur cucunya mendapat bantuan berobat dari Pemerintah Kota Depok melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sejak enam bulan lalu.
"Namun karena sudah habis masa berlakunya, sekarang harus berobat pakai uang sendiri dan sudah habis Rp1,1 juta," ujarnya lirih.
Biaya tersebut katanya sangat memberatkan kehidupannya karena suami Nyai hanya seorang buruh tani yang penghasilannya sangat jauh dari cukup untuk keperluan sehari-hari.
Nyai berharap cucunya dapat bertahan hidup lebih lama, dan berharap bantuan dari donatur untuk berobat cucunya.
Ketika ditemui di rumah tersebut, Zh nampak ceria tanpa beban saat bermain bersama teman-teman sebayanya.
"Dia itu anak yang periang berat badannya juga saat ini terus naik dan mencapai 16 kg," ujar Nyai Manih.
(F006)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011