"Kami tidak akan memuat foto bugil. Jika nantinya memuat foto, itu pun foto selebritis dan tokoh Indonesia yang sesuai dengan bidangnya," kata penerbitnya.
Jakarta (ANTARA News) - Penerbit majalah "Playboy" versi Indonesia bersikukuh tetap menerbitkan majalah khusus pria dewasa itu pada tahun ini, meski masih mendapat kecaman dari sejumlah pihak. "Kami belum bisa menetapkan waktu pasti penerbitan. Namun untuk membahas penyesuaian "playboy" agar sesuai dengan budaya Indonesia, kami butuh waktu sekitar 4-5 bulan," kata Direktur PT Velvet Silver Media, M Ponti Carolus, seusai bertemu dengan Dewan Pers di Jakarta, Jumat. Ponti mengatakan majalah "playboy" versi Indonesia direncanakan tebalnya antara 180-200 halaman dan dikemas secara khusus. "Kami akan mengutamakan pelanggan, karena barang cetakan terbatas. Jika majalah ini nantinya tersedia di sejumlah toko buku, maka majalah akan dikemas khusus dilengkapi segel," katanya. Ponti mengaku, pihaknya tetap akan mengunakan nama "Playboy" karena untuk memudahkan akses mendapatkan sumber berita yang sulit diperoleh oleh media lain. Dia mencontohkan, dengan menggunakan nama "playboy" majalah asli di Amerika dengan mudah mendapatkan akses dengan tokoh-tokoh seperti Al Qaeda, Osama bin Laden, padahal media lain seperti New York Times atau majalah Time sulit mendapatkannya. "Kita menggunakan "playboy" bukan karena gambarnya, tapi karena banyak tulisan yang bagus dalam majalah tersebut. Kita tetap akan mengedepankan kualitas editorial," katanya. Ponti menjelaskan pihaknya menentang jika "playboy" diklaim sebagai majalah seks semata. Karena "playboy" juga menampilkan berita soal gaya hidup, isu-isu konvensional, kebudayaan, politik dan sebagainya. "Kami tidak akan memuat foto bugil. Jika nantinya memuat foto, itu pun foto selebritis dan tokoh Indonesia yang sesuai dengan bidangnya," katanya. Mengenai RUU Pornografi dan Pornoaksi, Ponti tetap akan menjadikan draf RUU dan sejumlah kritikan dari masyarakat sebagai pegangan dalam penerbitan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006