Jakarta (ANTARA) - Sejumlah koleksi bersejarah tentang Pertempuran Laut Arafura milik Museum Soesilo Soedarman, Cilacap, diserahkan kepada Sekolah Staf dan Komando TNI-AL (Seskoal), Jakarta, untuk mengenang 60 tahun Pertempuran Laut Arafura yang terjadi pada 15 Januari 1962.
Ketua Dewan Kurator Museum Soesilo Soedarman Indroyono Soesilo dalam keterangannya di Jakarta, Senin mengatakan penyerahan koleksi bersejarah itu diharapkan bisa memicu semangat pengabdian dan pantang menyerah perwira siswa Seskoal, seperti halnya Jos Soedarso dan para pahlawan yang terlibat dalam pertempuran Laut Arafura.
"Koleksi tersebut akan diabadikan di Gedung Jos Soedarso yang terletak di Kompleks Seskoal,” kata Indroyono Soesilo yang juga merupakan mantan Menko Kemaritiman RI.
Sebelumnya penyerahan koleksi bersejarah Pertempuran Laut Arafura dilakukan oleh Indroyono Soesilo kepada Komandan Seskoal, Laksda TNI Tunggul Suropati di Jakarta, pada 14 Januari 2022.
Koleksi bersejarah yang diserahkan mencakup foto resmi Komodor Laut Jos Soedarso, foto kapal fregat KRI Jos Soedarso-353 dan foto RI Matjan Tutul buatan Galangan Kapal Lurssen, Jerman.
Juga turut diserahkan perangko Pertempuran Laut Arafura yang terbit Tahun 1964 dan 1974 serta foto para perwira militer Indonesia yang studi di Belanda Tahun 1952-1953, antara lain: Lettu Jos Soedarso (terakhir Laksamana Muda Anumerta, Pahlawan Nasional), Lettu Mulyadi (terakhir Laksamana TNI dan Mantan KSAL) dan Lettu Soesilo Soedarman (terakhir Jenderal TNI dan Mantan Menko Polkam RI).
Komandan Seskoal Laksda Tunggul Suropati menjelaskan pertempuran Laut Arafura merupakan salah satu pertempuran paling heroik dalam sejarah Indonesia. Saat itu Senin, 15 Januari 1962, pukul 17.00 sore, tiga kapal perang Angkatan Laut RI (ALRI) jenis Motor Torpedo Boat (MTB), yaitu RI Harimau dipimpin Mayor Laut Samuel Moeda, RI Matjan Tutul dipimpin Kapten Wiratno dan RI Matjan Koembang dipimpin Letnan Laut Sidhoparomo berlayar dari Pulau Ujir di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru.
Mereka membawa 150 prajurit sukarelawan yang akan didaratkan di Kaimana, Irian Barat, dalam rangka Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat. Turut dalam pelayaran MTB RI Matjan Tutul adalah Deputi-I KSAL Komodor Laut Jos Soedarso.
Sekitar pukul 20:15 malam, di perairan Laut Arafura, pesawat-pesawat Neptune AU Belanda mendeteksi konvoi kapal perang ALRI tadi dan mulai menembakkan peluru-peluru suar.
Suasana laut menjadi terang-benderang. Ternyata, tiga kapal perang jenis destroyer dan fregat AL Belanda, yaitu HNLMS Evertseen, HNLMS Kortenaer dan HNLMS Utrech telah siap mencegat konvoi kapal-kapal perang ALRI tadi. Pada pukul 21:25, pertempuran laut tidak seimbang pecah.
Meriam-meriam Bofor kaliber 40 mm dan senapan-senapan mesin berat kaliber 12.7 mm MTB ALRI tidak mampu menyaingi persenjataan berat kapal-kapal perang AL Belanda.
Untuk melindungi RI Harimau dan RI Matjan Kumbang, maka RI Matjan Tutul melaju kencang ke arah armada AL Belanda tadi guna memberi kesempatan bagi dua MTB lainnya untuk berbalik arah dan menyelamatkan diri.
Pada suasana genting tadi, Komodor Jos Soedarso mengambil alih komando RI Matjan Tutul dan memosisikan MTB-nya menjadi sasaran tembak kapal-kapal perang Belanda tadi. RI Matjan Tutul tenggelam bersama 24 awak kapalnya, termasuk Jos Soedarso dan Wiratno, sedang 50 awak lainnya ditawan Belanda.
Melalui radio telefoni, Jos Soedarso sempat mengirimkan perintah terakhirnya: ”Kobarkan Semangat Pertempuran, RI Matjan Tutul Tenggelam dalam Pertempuran di Laut secara Gentlemen dan Brave”.
Pengorbanan RI Matjan Tutul dan para sukarelawan Trikora tidaklah sia-sia. Pada Agustus 1962 Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB, dan pada 1 Mei 1963, Irian Barat resmi kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
"Peristiwa Pertempuran Laut Arafura, 15 Januari 1962, dikenang dan diperingati sebagai Hari Dharma Samudera," ujar Komandan Seskoal, Laksda Tunggul Suropati.
Pewarta: Subagyo
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022