sampah yang ada di sekitar mereka dapat dikumpulkan kemudian akan dibawa ke bank sampah yang kemudian hari akan diambil dalam bentuk uangPekalongan (ANTARA News) - Bank bukan cuma untuk data atau uang saja, karena sampah juga "diurusi" dalam wahana bernama bank. Keberadaan bank sampah di Desa Kayu Geritan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, selain meningkatkan kebersihan lingkungan di daerah tersebut juga mampu memberikan pendapatan tambahan bagi warga sekitar.
Pengelola sekaligus penggagas Bank Sampah Pekalongan, Akhmad Masyuri, di Pekalongan, mengatakan bank sampah yang dirintisnya sejak 1,5 tahun lalu tersebut tidak berbeda dengan bank pada umumnya, setiap nasabah bank sampah juga memiliki buku tabungan lengkap dengan nomor rekening, bedanya para nasabah tidak menabung uang, namun beragam sampah rumah tangga.
"Semua warga dapat menjadi nasabah, mulai anak-anak hingga orang orangtua bisa menabung, selain sampah yang ditabung juga tidak dibatasi, baik sampah organik maupun sampah non organik dapat kami tampung di bank sampah," kata Masyuri.
Ia mengatakan, sampah yang didapat dari rumah warga maupun dari tempat pembuangan sampah tersebut, selanjutnya dibawa di bank sampah untuk ditimbang dan dicatat pada buku tabungan masing-masing, sehingga jika sewaktu-waktu para nasabah butuh uang untuk segala keperluan, sampah-sampah yang mereka setorkan dapat dicairkan dalam bentuk uang.
Selain bertujuan untuk menumbuhkan pola hidup sehat dengan lingkungan bersih, kata dia, keberadaan bank sampah ini juga mampu menanamkan gemar menabung di kalangan anak-anak, terutama anak-anak usia sekolah dasar yang sebagian besar menjadi nasabah bank tersebut.
"Sampah-sampah dari para nasabah ini selanjutnya kami pilah-pilah untuk memisahkan antara sampah organik dan sampah non organik," katanya.
Dia mengatakan, khusus sampah organik akan diolah menjadi pupuk organik untuk segala jenis tanaman, sedangkan sampah non organik seperti plastik bekas pembungkus sabun, mie instan, kopi, dan makanan ringan lainnya akan disulap menjadi aneka kerajinan yang menarik dan mempunyai nilai jual.
"Khusus plastik bekas pembungkus makanan atau minuman ringan kami manfaatkan sebagai bahan dasar karpet, aneka tas, jas hujan, serta payung, sehingga dapat kami jual ke sejumlah toko di Pekalongan, Pemalang, dan sekitanya," katanya.
Menurut dia, sejak ada bank sampah, warga Karanganyar menjadi peduli terhadap sampah-sampah yang ada di lingkungan mereka, antara lain dengan tidak membuang sampah sembarangan karena sampah yang ada di sekitar mereka dapat dikumpulkan kemudian akan dibawa ke bank sampah yang kemudian hari akan diambil dalam bentuk uang.
Sementara itu, Riky (10), salah satu nasabah bank sampah mengaku senang dengan keberadaan bank sampah di desanya, karena selain dapat menambah uang saku, uang hasil tabungan dapat digunakan untuk membeli keperluan sekolah seperti buku, pulpen, ataupun seragam sekolah.
"Setiap pulang sekolah, saya dan teman-teman mencari sampah di sekeliling rumah warga kemudian kami setorkan ke bank sampah, dan hasil tabungan dapat kami gunakan untuk membeli peralatan sekolah," katanya.
Nasabah lain, Ardiyanto (7), mengatakan sudah menjadi nasabah bank sampah sejak satu tahun lalu, dan dapat membayar spp bulanan sekolah dari hasil tabungan sampah.
(ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011