Fuzhou (ANTARA) - Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun tidak menyiakan-nyiakan momentum kunjungannya bersama para diplomat negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) ke Kota Fuzhou, Provinsi Fujian.

Selama lawatan yang berlangsung pada 11-13 Januari 2022 itu, Dubes Jauhari memanfaatkan kalangan pemengaruh media sosial (influencer) China untuk menjadi penyambung lidah pesan kepemimpinan Indonesia pada G20.

Lawatan delegasi ASEAN di Fuzhou agak berbeda karena kali ini bukan kunjungan biasa, melainkan karena ada hajatan "ASEAN-China Online Influencers Conference".

Gawe itu menjadi besar lantaran melibatkan para pemengaruh media sosial yang memiliki ukuran derajat signifikan di China, seperti Ms Yeah yang dikenal sebagai kreator video pendek, Su Qin (penulis dan blogger), Super Miss E (blogger serial televisi dan film), Sophie (content creator Bilibili), dan Uncle Xia (master kuliner China sekaligus pembawa acara televisi).

Pemengaruh medsos dari negara-negara ASEAN juga dilibatkan untuk berpartisipasi pada acara itu, yang sempat tertunda tiga kali sejak September 2021 akibat munculnya klaster-klaster baru COVID-19.

Di antara influencer dari ASEAN, yang dihadirkan secara daring, ada pula Harini Sondakh, aktris, pembawa acara, dan Runner-Up III Miss Indonesia 2018 dari Sulawesi Utara.

Baca juga: Konferensi 'influencer' tarik minat investasi China Rp12,6 T di ASEAN


Kampanye

Dalam suatu sesi, beberapa anak muda duduk bersila di salah satu ruangan sebuah hotel di tepi danau di Kota Fuzhou pada Rabu (12/1) sore untuk mendengarkan cerita dari Dubes Djauhari.

Ada yang mengambil gambar dengan kamera DSLR, ada yang merekamnya menggunakan telepon pintar, dan ada pula yang sibuk mengetik di gawai atau komputer jinjingnya masing-masing.

Mereka mendengarkan dengan saksama cerita-cerita Dubes tentang keindahan alam nirwana Nusantara, mulai dari Sabang sampai Merauke.

Dubes menyampaikannya dalam bahasa Inggris. Para influencer tersebut memercayakan kepada seorang staf Kantor Urusan Luar Negeri (FAO) Provinsi Fuzhou untuk mewawancarai Djauhari sekaligus menerjemahkan penuturan sang dubes ke bahasa Mandarin.

Selain para influencer, pada pertemuan sore itu juga hadir beberapa awak media nasional China, termasuk Global Times, media arus utama yang mensponsori konferensi influencer tersebut.

Djauhari mengambil kesempatan tersebut untuk mengumpulkan dukungan bagi keketuaan Indonesia pada Kelompok Negara 20 atau G20.

Diplomat senior yang pernah menjadi dubes di Rusia tersebut meminta dukungan dari masyarakat China agar keketuaan Indonesia pada G20 berjalan dengan lancar.

“Kami butuh kerja sama dengan China lebih erat lagi untuk mendukung Indonesia dalam menjalankan tugas sebagai Ketua G20,” ujarnya.

Dubes menyebutkan dua kata kunci bagi kelangsungan G20, yakni multilateralisme dan inklusivitas.

Kedua aspek itu pula yang selama ini didengung-dengungkan oleh China dalam menghadapi hegemoni Amerika Serikat dan Barat.

“Sebagai Ketua G20, kami ingin menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bersama serta mendukung inklusivitas global,” kata Dubes Djauhari di depan para influencer dan awak media arus utama itu.

Tiga prioritas utama Indonesia dalam menjalin kerja sama dengan China juga tidak lupa untuk disampaikan sore itu kepada para selebritas internet China, sebagian besar adalah kalangan anak muda dan remaja.

Ketiga prioritas yang juga dijalankan oleh China itu adalah ekonomi digital, ekonomi hijau, dan Jalur Sutera Maritim.

“Ketiga prioritas itu sejalan dengan program pemulihan ekonomi global pascapandemi,” ujarnya.

Baca juga: Dubes sosialisasikan keketuaan Indonesia dalam G20 kepada media China


Pengobar Semangat

Khusus di sektor ekonomi digital, Dubes menyampaikan betapa pentingnya peran para pemengaruh medsos dari kalangan anak muda China, terutama dalam mendukung program pertukaran masyarakat (P to P) dengan negara-negara ASEAN.

"Anak muda tidak hanya berkontribusi pada pembangunan jembatan ASEAN-China, melainkan juga membawa misi penting bagi perdamaian dunia," kata Dubes saat berbicara dalam "ASEAN-China Online Influencers Conference" pada Kamis (13/1).

Kedatangan delegasi yang dipimpin oleh Dubes Djauhari tersebut di Fuzhou seakan menjadi pengobar semangat baru dalam kemitraan ASEAN-China pada awal tahun ini.

Di permulaan tahun ini pula, China sudah mulai menerapkan kebijakan perdagangan bebas sesuai mekanisme perjanjian bersama negara-negara anggota Kemitraan Ekonomi Komperehensif Regional (RCEP).

Kesepuluh negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, telah menandatangani perjanjian RCEP tersebut.

Provinsi Fujian, yang berada di wilayah selatan China, memiliki peran yang sangat vital dalam mengimplementasikan perjanjian tersebut.

Apalagi secara geografis, jalur lalu lintas perdagangan Fujian mengarah ke Asia Tenggara tersebut sejak dulu kala dikenal dengan Jalur Sutera Maritim Kuno.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan kalau Wakil Gubernur Fujian Guo Ningning menganggap para delegasi ASEAN tersebut sebagai saudara lama.

Saudara lama, karena kaum perantau Tionghoa yang tersebar di Asia Tenggara kebanyakan berasal dari Fujian selain juga dari provinsi tetangga, Guangdong.

Ia menyebutkan ada 16 juta kaum perantauan China asal daerahnya yang tersebar di 200 negara.

"Mereka ini menjadi jembatan China dengan negara-negara lain, khususnya ASEAN, sejak dulu kala sampai sekarang," kata politikus perempuan itu, yang juga merupakan anggota Komite Tetap Partai Komunis China (CPC) Provinsi Fujian.

Baca juga: Pakar sebut China-ASEAN berbagi peluang baru dengan berlakunya RCEP


Reuni

Lawatan kali ini oleh delegasi korps diplomatik dan media ASEAN di Fuzhou bagaikan ajang reuni untuk melepas kerinduan.

Suasana rangkaian kegiatan kunjungan di kota itu makin hangat dengan kehadiran istri Dubes, Elsiwi Oratmangun. Pada hari pertama, jajaran pejabat Kementerian Luar Negeri China, ASEAN-China Center (ACC), para diplomat, dan media lokal dibuat kagum dengan kemampuan Elsiwi dan Dubes Djauhari bernyanyi.

Pada suatu acara makan malam bersama, Elsiwi memecah formalitas suasana dengan menyanyikan lagu Mandarin berjudul "Yue Liang Taibiao Wo de Xin", yang dipopulerkan oleh Teng Lichun alias Teresa Teng.

Djauhari turut menjadi penyanyi latar sehingga menambah riuh suasana gala dinner pada Selasa (11/1) malam itu.

Penampilan pasangan tersebut menjadi viral di media-media sosial China, seperti Sina Weibo dan WeChat.

Sebenarnya, bukan kali ini saja Dubes dan istri tampil di depan umum pada acara-acara seremonial dengan membawakan lagu-lagu Mandarin.

Namun, acara di Fuzhou itu memang agak berbeda sehingga penampilan duo Djauhari-Elsiwi menjadi viral, bahkan berlanjut hingga malam terakhir kunjungan mereka.

Sambutan hangat dari jajaran pejabat Pemerintah Provinsi Fujian, ACC, Pemerintah Kota Fuzhou, para influencer, dan media massa China terus mengalir kepada Dubes selama kunjungan tiga hari itu.

"Kami sekarang juga sedang merealisasikan program kerja sama 'Two Countries Twin Park' dengan Indonesia," kata Wagub Guo Ningning saat berdialog dengan Dubes.

Selama lawatan, Dubes Djauhari memimpin delegasi ASEAN mengunjungi berbagai tempat di Kota Fuzhou, termasuk Museum Jalur Sutera Kuno yang menyimpan benda-benda bersejarah tentang perjalanan orang-orang Fujian ke Asia Tenggara pada era Dinasti Ming dan Dinasti Qing.

"Kehidupan di China menjadi lebih berwarna. Duta Besar Oratmangun tidak hanya bernyanyi, melainkan juga traveling dan menikmati kuliner," tulis harian Global Times edisi 13 Januari 2022.

Baca juga: Dubes RI pimpin delegasi ASEAN temui Wagub Fujian

Jerome Polin, Youtuber Viral dari Konten Edukatif

Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022