Surabaya (ANTARA News) - Tingkat kredit macet atau "Non Performing Loan" ("NPL") sejumlah bank asing di Jawa Timur mencatat angka tertinggi dibandingkan dengan pencapaian bank non-asing di wilayah tersebut.
"Besaran `NPL` bank asing selama triwulan I/2011 di Jatim mencapai 5,18 persen," kata Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya, Mohammad Ishak, dihubungi di Surabaya, Sabtu.
Sementara, jelas dia, rata - rata "NPL" di kelompok bank pemerintah masih membukukan pencapaian 3,79 persen, lalu "NPL" di kelompok bank swasta tetap mempertahankan rasio "NPL".
"Mayoritas angka `NPL` mereka di bawah 3 persen atau sekitar 2,55 persen," ujarnya.
Kondisi tersebut, ungkap dia, menunjukkan risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah di Jatim selama triwulan I/2011 memperlihatkan grafik naik.
"Contoh lain, `NPL` bank umum pada triwulan I/2011 berada di posisi 3,37 atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 yakni mencapai 2,96 persen," katanya.
Di sisi lain, imbuh dia, secara sektoral penurunan kualitas kredit tampak di seluruh sektor ekonomi, terutama yang selama ini menjadi kebanggaan Jatim.
"Di antaranya, sektor industri, perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor komunikasi dan pengangkutan tercatat mengalami kenaikan persentase `NPL` daripada periode serupa 2010," katanya.
Ia merinci, di sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) membukukan angka "NPL" 4,39 persen selama triwulan I/2011. Sementara, sektor komunikasi dan pengangkutan mencatatkan "NPL" 5,87 persen.
"Kalau sektor industri, angka `NPL`-nya mencapai 3,81 persen pada periode serupa tahun ini," katanya.
Ia melanjutkan, peningkatan "NPL" saat perkembangan sektor unggulan itu tumbuh positif harus menjadi perhatian pelaku perbankan. Salah satunya, lebih mengoptimalkan upaya pengendalian risiko kredit.
"Untuk itu, pelaku usaha perbankan perlu melaksanakan sistem `prudential banking`, sehingga kinerja mereka ke depan semakin membaik," katanya.(*)
(ANT-071/E011)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011