Malang (ANTARA News) - Aliansi Mahasiswa Peduli Keadilan (AMPK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, menuntut rektor kampus itu mengklarifikasi ancaman "drop out" bagi mahasiswa yang menolak hasil Pemilu Badan Eksekutif Mahasiswa beberapa waktu lalu.
"Rektor harus segera melakukan klarifikasi ancamannya terhadap mahasiswa yang menolak hasil Pemilu BEM beberapa waktu lalu akan di `DO`," kata koordinator AMPK Baburrahman di sela-sela unjuk rasa di kampus setempat, Sabtu.
Selain itu, katanya, rektor juga harus mengklarifikasi terbitnya surat keputusan di lingkungan BEM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), karena SK tersebut tidak prosedural, bahkan dinilai diskriminatif serta merupakan pemaksaan terhadap mahasiswa.
Hanya saja, meski puluhan mahasiswa tersebut telah berorasi cukup lama, Rektor UIN Malang Prof Dr Imam Suprayogo tetap bertahan di dalam ruangannya, sehingga memicu emosi mahasiswa.
Puluhan mahasiswa tersebut berupaya terus menembus barikade petugas keamanan kampus, sehingga terjadi kericuhan dan aksi dorong antara mahasiswa dengan petugas keamanan kampus maupun kepolisian.
Karena gagal menembus barikade pengamanan gedung rektorat dan bertemu dengan rektornya, mahasiswa mengancam akan melaporkan kondisi UIN Malang yang sebenarnya ke DPRD Provinsi Jatim.
"Paling lambat pekan depan kami menemui para wakil rakyat di provinsi dan kami akan mengungkapan segala permasalahan yang ada di kampus ini," tegas Baburrahman.
Sebelumnya AMPK juga menuntut agar PR III kampus itu turun dari jabatannya karena segala persoalan yang muncul di kalangan mahasiswa adalah PR III yang memaksakan kehendaknya dalam pemilihan presiden BEM UIN Maliki Malang. (E009/D010/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011