Liwa, Lampung (ANTARA News) - Masyarakat Pekon (Desa) Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat, bersiaga terhadap puluhan gajah liar yang diduga berasal dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
"Sejak tiga hari terakhir kami menjaga keamanan desa, disebabkan masuknya satwa liar, berupa gajah yang sewaktu waktu masuk kampung dan merusak pemukiman," kata dia warga Pekon (Desa) Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat, Raswandi (36) sekitar 398 km dari Bandarlampung, di Pemerihan, Sabtu dini hari.
Dia menjelaskan, terdapat 25 gajah yang masih berkeliaran di area kampung masyarakat.
Warga itu mengakui, hewan besar tersebut, menjadi ancaman terbesar warga yang berada dekat di area hutan.
"Sejak tiga hari terakhir masyarakat selalu khawatir, terhadap puluhan gajah yang dapat masuk dan mengacak-acak kampung, selain itu gerombolan hewan besar itu, tentunya dapat mengancam keselamatan warga," kata dia lagi.
Kemudian lanjut dia, masyarakat menggunakan peralatan sederhana guna menghalau gajah, bila akan memasuki kampung.
Ketakutan yang terbesar, lanjut Raswandi, bila gajah tersebut memasuki desa pada malam hari, sehingga kami bersiaga siang dan malam tujuannya untuk memberikan pengamanan terhadap masyarakat lain.
"Sejak didapati kawanan gajah yang akan masuk kampung beberapa hari lalu, kami mulai melakukan koordinasi bersama petugas yang dibantu dengan masyarakat, optimis bila hewan berbelalai itu datang, dipastikan tidak memasuki area kampung," katanya.
Warga lain tarmuzi (33) mengatakan, pada bulan ini, telah beberapa kali kawanan ajah menampakan diri di perkampungan warga.
"Biasanya saat gajah turun gunung, itu menandakan pasokan makanan hewan tersebut menipis, sehingga hewan berbelalai itu, berpindah tempat, dan perpindahannya kebetulan berada dekat di lokasi pemukiman warga," kata dia.
Dia menuturkan, beberapa warga memutuskan meninggalkan kampung, sebab mereka takut gerombolan gajah dapat mengancam keselamatan jiwa, sehingga mereka memutuskan mencari tempat tinggal yang aman.
Lalu lanjut warga itu, masuknya gajah di area perkampungan warga, sebagai bukti kawasan hutan di daerah ini rusak, sehingga pasokan makanan satwa tersebut menipis.
"Yang kami lakukan sekarang terus meningkatkan keamanan kampung, meskipun kami hanya menggunakan peralatan sederhana, optimis kami mampu mengusir gajah untuk menjauh dari lokasi kampung," katanya.
Lampung Barat sebagai daerah yang memiliki 70 persen hutan, baik hutan lindung dan hutan kawasan (TNBBS).
Konflik antara hewan dan manusia kerap terjadi daerah ini, disinyalir kondisi yang terjadi diakibatkan kerusakan hutan akibat penebangan liar.
Minimnya personil, membuat pengawasan hutan terkendala, dibutuhkan keseriusan dai pemerintah pusat melalui Kementrian Kehutanan, untuk membantu daerah ini, sebab Lampung Barat sendiri dikenal sebagai daerah konservasi juga sebagai paru paru Provinsi Lampung, sehingga keluhan ini selayaknya dapat ditanggapi serius oleh pemerintah.
Anggota Elephant Patrol TNBBS sebanyak 10 personil terus melakukan pengawasan gajah yang turun ke perkampungan, dan terdapat 25 ekor gajah yang saat ini dalam pengawasan petugas, sebab kawanan gajah masih berada dekat di lokasi perkampungan.
Hingga berita ini diturunkan, puluhan masyarakat terus melakukan penjagaan kampung, dengan menyiagakan peralatan seperti obor, meriam yang terbuat dari bambu, serta senjata tumpul lain, sehingga saat gajah tersebut masuk, maka dengan cepat masyarakat dapat mengusirnya. (PSO-049/A041/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011