Lima warga sipil dan seorang polisi tewas dalam ledakan itu, yang terjadi di provinsi Kunduz, Afghanistan utara, sementara 22 orang, yang mencakup wanita dan anak-anak, cedera.
"Enam orang tewas dan 22 lain cedera akibat ledakan hari ini," kata juru bicara kepolisian provinsi itu Sarwar Hussaini.
"Seorang polisi termasuk diantara korban yang tewas, dan korban cedera mencakup tiga anak, empat wanita dan satu polisi. Itu adalah pasar yang ramai. Taliban bertanggung jawab, mereka ingin menteror orang," kata juru bicara itu.
Taliban belum bisa dihubungi namun sering menyerang polisi Afghanistan dan pegawai lain pemerintah dalam perang mereka yang telah berlangsung hampir satu dasawarsa.
Afghanistan utara biasanya lebih stabil daripada daerah-daerah selatan dan timur, namun mengalami peningkatan kekerasan akhir-akhir ini.
Warga sipil adalah korban terbesar dalam perang di Afghanistan dan menurut data PBB, 2.777 warga sipil tewas sepanjang tahun lalu.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011