London (ANTARA News) - Berkembangnya regionalisme di Asia serta bergesernya pusat grafitasi ekonomi dunia ke arah Asia, terutama Asia Tenggara dan Asia Timur, membutuhkan strategi baru dalam kerangka hubungan Asia dan Eropa.
Demikian salah satu tema debat "High Level Policy Summit on EU-Asia Relations" yang digelar think tank terbesar di dunia "Friends of Europe" di Brussels, demikian KBRI Brusel dalam keterangannya pada Antara London, Sabtu.
Komisioner Eropa untuk urusan Kerjasama Internasional, Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Krisis, pejabat Komisi Eropa setingkat Menteri, Kristalina Georgieva, membuka secara resmi acara High Level Policy Summit itu.
Dalam keynote addressnya Komisioner Kristalina menyatakan bahwa dialog dengan Uni Eropa merupakan salah kunci bagi Asia dalam menghadapi berbagai tantangan guna mencapai kesejahteraan bagi semua.
Debat yang diselenggarakan dengan partisipasi aktif KBRI Brussels ini menghadirkan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Dr. Edy Prasetyono.
Dr. Edy Prasetyono, mengungkapkan bahwa dewasa ini perkembangan krisis ekonomi di Eropa telah memberikan persepsi kurang positif terhadap Eropa di Asia.
Selain itu, identitas Eropa di Asia belum sepenuhnya dipandang dalam konteks Uni Eropa. Masyarakat dan bangsa-bangsa Asia masih melihat bangsa Eropa dari negara mereka masing-masing dan bukannya dari kelembagaan atau kesatuan mereka sebagai wakil Uni Eropa, ujarnya.
Dr. Prasetyono menekankan bahwa masalah persepsi ini perlu diatasi oleh Eropa mengingat bahwa Asia dan Eropa sama-sama saling memerlukan dan memiliki sifat komplementer, misalnya teknologi di Eropa di satu pihak serta sumber daya manusia dan modal di Asia di lain pihak.
'Hal ini harus dimanfaatkan dalam satu sinergi untuk bekerjasama di masa depan," tegas Wakil Dekan FISIP UI tersebut yang juga menggariskan perlunya Uni Eropa perlu untuk lebih aktif mempresentasikan dirinya kepada Asia lebih dari hanya sekedar satu kekuatan ekonomi saja. "Kita belum melihat peran Uni Eropa dalam konteks strategis di Asia" imbuhnya.
Selain Dr. Edy Prasetyantono, tokoh yang juga tampil menjadi pembicara antara lain David O?Sullivan, Chief Operating Officer, European External Action Service (EEAS) Uni Eropa, Elmar Brok, Wakil Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen Eropa, Jamie Shea, Deputi Asisten Sekretaris Jenderal NATO, dan Laksamana Guido Rando, Wakil Komandan Operasi ATALANTA UE.
Menurut Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno, partisipasi Indonesia pada forum penting ini merupakan salah satu bukti semakin meningkatnya pengakuan atas peran Indonesia di mata Uni Eropa. "Hal ini berarti arti strategis Indonesia semakin diperhitungkan oleh Uni Eropa," ujar Dubes Havas.
Hal ini juga terlihat dalam perdebatan di agenda-agenda strategis dalam acara diskusi tersebut CEO Global Institute for Tomorrow, Hong Kong dan penulis buku "Globalization: Challenges and Opportunities", Chandran Nair, secara khusus menekankan abad Asia nantinya ditentukan oleh China, India dan Indonesia. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011