Ternate (ANTARA News) - Film dokumenter yang akan digarap aktris senior Christine Hakim bersama ahli ekowisata Institut Pertanian Bogor Ricky Avenzora bertema "The Beauty of Morotai", Jumat malam "dibedah" pemangku kepentingan di Maluku Utara.
Christine Hakim saat ini menjadi Duta Muhibah badan PBB yang menangani Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) untuk kawasan Asia Tenggara.
Narasumber yang dihadirkan pada acara di Kota Ternate itu, selain Christine Hakim dan Ricky Avenzora, juga Ketua Pelaksana "Sail Morotai" Muhajir Albar yang juga Sekretaris Provinsi Malut, Sultan Ternate Mudaffar Sjah, dan sejarawan Malut Yusuf Abdurrahman.
Sedangkan kalangan penanggap merupakan kalangan generasi muda, budayawan, DPRD, maupun pemangku kepentingan dari pelaku kepariwisataan di provinsi tersebut.
Menurut Muhajir Albar, "Sail Morotai" 2012 yang dicananangkan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Agustus 2010, menjadi istimewa karena pada even-even sejenis usulannya umumnya dari pemerintah provinsi.
"Tentu ini menjadi nilai istimewa bagi Malut umumnya dan khususnya Kabupaten Pulau Morotai, yang akan menjadi tuan rumah even internasional itu," katanya.
Dikemukakannya bahwa kesempatan itu hendaknya bisa dijadikan kesempatan untuk mengembalikan kejayaan Malut, yang salah satunya adalah menjadi pusat rempah-rempah dunia.
Sementara itu, Sultan Ternate Mudaffar Sjah dan sejarawan Yusuf Abdurrahman banyak memberikan masukan kepada Christine Hakim sebagai produser dan Ricky Avenzora untuk memasukkan tema-tema sejarah yang
belum muncul, di antaranya adanya kepahlawanan wanita dan lainnya.
Budayawan muda Rinto Thaib, yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Ternate mengkritisi perlunya mengungkap misteri sejarah mengenai Morotai, yang tidak sekadar soal wilayah itu dijadikan tempat Jenderal Amerika Serikat Douglas McArthur sebagai markas strategis untuk mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II.
Atas berbagai masukan itu, Ricky Avenzora sebagai sutradara menyatakan bahwa semua masukan yang dilontarkan para pemangku kepentingan dalam acara "bedah" draft film itu menyatakan terima kasih.
"JUstru di awal inilah, saat rencana film ini akan dilaksanakan, kami ingin mendapatkan banyak masukan sehingga bisa memenuhi aspirasi yang ada," katanya menegaskan.
Sedangkan Christine Hakim menambahkan bahwa membuat film dokumenter disebutnya sebagai "tidak populer" ketimbang film komersial, namun hal itu punya makna tersendiri.
"Yakni kita ingin menggali akar budaya dari berbagai daerah di Tanah Air yang sangat beragam dan punya nilai dan makna," kata aktris kondang itu.
Ricky Avenzora yang sebelumnya bekerja sama dengan Christine Hakim dalam film dokumenter berjudul "Mak Itam & Me", yang juga didukung Kemenbudpar, menambahkan, film dokumenter kali ini akan mengangkat berbagai keindahan di Morotai secara khusus, dan Maluku Utara secara umum.
"Yakni tentang `beauty of mind`, `beauty of culture`, `beauty of history`, dan `beauty of socio-livelyhood`," katanya.
Ia mengatakan film tersebut akan dibuat dengan kualitas "full HD" dengan "output" berupa film dokumenter dengan durasi 24 menit hingga 48 menit. (A035/Z002/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011