Madrid (ANTARA News/Reuters) - Spanyol akan menarik 10 persen dari 1.500 tentaranya di Afghanistan dalam semester pertama tahun depan, dengan penarikan tuntas pada 2014, kata Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero pada Jumat.

Pengumuman itu ke luar sehari setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama menjadwalkan penarikan pasukannya dari Afghanistan, dengan menyeru sepertiganya berangkat pada akhir musim panas mendatang.

Zapatero menyatakan, 40 persen tentara Spanyol akan pulang pada paruh pertama 2013.

Ia mengemukakan itu di Brussels sesudah temu puncak Eropa Bersatu, dalam sambutannya, yang disiarkkan langsung televisi Spanyol.

Jadwal ungkapan Zapatero itu mempercepat beberapa bulan dari rencana penarikan saat ini, kata surat kabar "El Pais".

Sejumlah 30 tentara Spanyol tewas di negara terkoyak perang itu sejak serangan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, kata kantor presiden Prancis pada pekan lalu.

Prancis mengikuti langkah Amerika Serikat pada Jumat, dengan Presiden Nicolas Sarkozy menyatakan ratusan tentaranya akan pulang dari Afghanistan pada akhir 2012.

Kantornya pada Kamis menyatakan, Prancis akan melakukan penarikan secara memadai dan dalam waktu sama dengan pemunduran bala bantuan Amerika Serikat.

Pernyataan itu muncul sesudah Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Rabu memerintahkan seluruh 33.000 tentara tambahan Amerika Serikat pulang dari Afghanistan pada musim panas mendatang dan menyatakan awal dari akhir perang itu, dengan menyatakan penarikan dimulai pada Juli.

Empat ribu tentara Prancis saat ini ditugaskan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan, yang jumlahnya sekitar 150.000 orang.

Sejumlah 62 tentara Prancis tewas di negara bergolak itu sejak serbuan pada 2001, kata kantor presiden Prancis pada pekan lalu.

Sejumlah 2.530 tentara asing tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban, yang menolak menyerahkan Osama bin Laden, yang dituduh melancarkan serangan di negara adidaya tersebut.

Korban terbanyak ialah tentara Amerika Serikat dengan 1,622 orang, diikuti Inggris (373), Kanada (156), Prancis (62), Jerman (53), Denmark (40), Italia (36), Spanyol (30), Polandia (27), Belanda (25), Australia (24), dan negara lain (82). Sekitar 40 negara terlibat dalam gerakan itu.

Angka tertinggi 711 tentara asing tewas di negara itu tercatat pada 2010, menjadikannya tahun paling mematikan bagi mereka sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah garis keras Taliban pada ahir 2001.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Sarkozy pada tengah Juli 2010 menjanjikan tentaranya terus berjuang untuk memastikan perdamaian di Afghanistan, tempat sejumlah tentara itu tewas dalam memerangi Taliban.

Jajak pendapat diterbitkan di surat kabar sayap kiri "L`Humanite" pada September 2010 menyatakan kurang dari tiga dari 10 orang Prancis mendukung keterlibatan berkelanjutan Prancis dalam perang Afghanistan.

Kekerasan meningkat di seluruh Afghanistan pada bulan ini sejak Taliban mengumumkan pemulaian serangan musim semi, yang lama mereka nantikan.

Taliban, yang memerintah sejak 1996, melancarkan perlawanan sesudah digulingkan dari kekuasaan oleh serbuan pada 2001.
(Uu.B002/Z002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011