Serangan wereng coklat ini dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pola tanam yang tidak teratur dan penggunaan pestisida yang kurang tepat.
Bantul, Yogyakarta (ANTARA News) - Sawah seluas kurang lebih 2.000 hektar yang tersebar di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terancam hama wereng coklat sehingga perlu ada pengendalian.

"Sawah seluas 2.000 hektare saat ini menjadi pengamatan kami, karena berpotensi terkena serangan hama wereng coklat," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul, Yunianti di Bantul, Jumat.

Menurut dia, sawah seluas 2.000 hektar itu tersebar di sembilan kecamatan se Bantul yang akan memasuki masa panen periode Juni-Juli tahun ini, sehingga dikhawatirkan akan mengalami penurunan produksi.

"Sebagian besar berada di wilayah kecamatan Sedayu dan Piyungan serta Jetis, sebelumnya kami telah memprediksi jauh hari, karena kondisi ini sangat dipengaruhi cuaca," katanya.

Ia mengatakan, padi yang terserang hama wereng coklat terlihat helaian daun padi berangsur-angsur berwarna kuning, bila hal itu dibiarkan akan ditandai dengan adanya massa berupa jamur.

"Serangan wereng coklat dengan tingkat populasi tinggi akan menyebabkan warna daun dan batang tanaman berubah menjadi coklat dan akhirnya seluruh tanaman menjadi kering seperti terbakar," katanya.

Lebih lanjut, kata dia, serangan wereng coklat ini dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pola tanam yang tidak teratur dan penggunaan pestisida yang kurang tepat.

"Sebagian besar petani tidak menduga akan hal ini, mereka terpengaruh dengan musim penghujan lalu yang membuatnya menanam padi besar-besaran padahal saat ini telah musim kemarau," katanya.

Ia mengatakan, perlu ada pengendalian efektif bagi sawah yang terkena hama wereng coklat, petani dapat melakukan penyemprotan insektisida agar tidak semakin meluas, karena populasi hama ini sangat cepat.

"Selain itu, petani juga dapat melakukan pemutusan siklus rantai makanan hama wereng dengan mengganti menanam palawija yang memang cocok ditanam di musim kemarau ini," katanya.

(PSO-068)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011