Jakarta (ANTARA) - JIS (Jakarta Intercultural School) bersama Dinas Pendidikan DKI Jakarta bersama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) DKI Jakarta berbagi ilmu dengan para kepala sekolah dari sekolah negeri mengatasi fenomena “off cam”.
Fenomena off cam atau kamera yang dimatikan oleh murid pada saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kerap menjadi tantangan karena pembelajaran menjadi tidak efektif akibat murid tidak fokus mengikuti pelajaran.
“Dalam program ini, para kepala sekolah dapat berbagi dan mendapatkan inspirasi dari para pengajar kami dan terinspirasi untuk menjawab tantangan dalam pendidikan Indonesia, khususnya dalam kondisi new normal,” ujar Interim Head of School JIS Maya Nelson dalam keterangannya, Minggu.
Baca juga: "Hybrid learning" sebagai penunjang PTM secara optimal
Acara itu bernama “Jakarta Principal Shadowing Program” dan diikuti oleh 11 kepala sekolah yang telah melewati tahapan seleksi untuk kemudian bisa mengikuti rangkaian acara yang dilakukan secara terbatas tersebut.
Tentunya ini menjadi ajang saling belajar antarsekolah baik swasta maupun negeri untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi muridnya meski dalam keadaan terbatas.
“Program ini sangat penting bagi para kepala sekolah agar dapat melihat secara langsung pengelolaan sekolah bertaraf internasional. Dengan program ini, wawasan mereka tentang pengajaran maupun program semakin terbuka. Selain dapat diterapkan di sekolah masing-masing, mereka juga dapat berbagi dengan rekan-rekan lain di luar sana,” kata Kepala BPSDM DKI Jakarta Mochamad Miftahulloh Tamary.
Meski saat ini di DKI Jakarta sistem PTM (Pembelajaran Tatap Muka) sudah 100 persen diberlakukan, namun tidak menutup kemungkinan di masa depan PJJ akan dapat diterapkan secara hibrid dengan PTM.
Untuk itu penting bagi para guru- guru bisa memiliki kompetensi menangani persoalan yang terjadi selama PJJ salah satunya seperti masalah “off cam”.
Beberapa hal yang dibagikan dalam pelatihan tersebut di antaranya seperti pelatihan kedisiplinan, komitmen, dan komunikasi yang intensif dengan orang tua murid.
“Dalam program ini, kami didorong untuk meningkatkan disiplin, misalnya satu kali diizinkan off cam. Jika terjadi yang kedua, maka mereka akan dianggap tidak ikut kelas,” kata Kepala SMAN 74 Jakarta Nunun Maslukah yang menjadi salah satu partisipan dalam pelatihan itu.
Dari segi komunikasi, guru juga harus memiliki perbincangan intens dengan orang tua murid agar murid bisa mendapatkan pembelajaran yang layak meski tidak hadir secara fisik di sekolah.
Kerap kali orang tua justru menganggap sepele PJJ sehingga anak yang berada di rumah diberikan pekerjaan di rumah dan menyebabkan anak tidak optimal mengikuti pelajaran dari sekolah.
“Ada murid yang hanya mematikan kamera di jam tertentu. Setelah diselidiki, ternyata ia setiap pagi disuruh orangtua ke pasar. Kami pun berdialog dengan orangtua untuk memberi pengertian tentang proses belajar jarak jauh yang baik dan kini tidak terjadi lagi,” ujar peserta pelatihan lainnya yang merupakan Kepala SMKN 40 Jakarta Timur Dede Hidayat.
Diharapkan dengan adanya proses berbagi informasi dari sekolah swasta dan sekolah negeri yang ada di Jakarta maka pendidikan untuk anak- anak di tengah kondisi pandemi dan masa sulit ini dapat teratasi.
Dengan demikian, DKI Jakarta tetap bisa mendorong anak- anak muda Indonesia untuk menjadi SDM unggul dan memenuhi target generasi emas 2045.
Baca juga: Disdik DKI Jakarta adakan pelatihan untuk atasi "off cam" saat PJJ
Baca juga: "Mental First Aid Kit", pendampingan anak di masa transisi belajar
Baca juga: IDAI sebut obesitas selama PJJ jadi masalah anak yang terlupakan
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022