Rembang (ANTARA News) - Sungatman (39), bujang tua penderita sakit jiwa asal Desa Tasikagung, Kecamatan Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sudah 20 tahun dipasung keluarganya.
Kenyuk, ibu kandung Sungatman di Rembang pada Jumat mengatakan bahwa pemasungan terpaksa dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
"Kami terpaksa memasungnya karena takut mencelakai orang lain. Selama ini, memang belum ada yang dicelakainya tapi ia sudah beberapa kali merusak kaca rumah penduduk setempat," katanya.
Menurut Kenyuk, penyakit yang mendera anaknya itu berawal sejak 1996 lalu. Ia menduga, Sungatman menderita gangguan jiwa akibat masalah cinta.
Kenyuk membeberkan, Sungatman mengalami depresi setelah ia gagal menikahi perempuan idamannya karena tak mendapatkan restu dari keluarga.
Meski mengalami gangguan jiwa, Sungatman masih mampu menghafal dengan baik nama-nama tetangga di sekitarnya. Ada kalanya, ia bisa berkomunikasi layaknya orang normal.
Retno Ariyani, keponakan Sungatman yang selama ini setia merawat mengungkapkan pamannya juga sempat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa di Semarang.
"Namun, entah kenapa saat itu tiba-tiba Kak Sungatman kabur dan memilih tinggal di rumah," katanya.
Sejak pulang dari rumah sakit jiwa tersebut, lanjut ia, pamannya jadi sering marah-marah tanpa sebab dan melempari rumah-rumah penduduk dengan batu.
"Khawatir ulahnya bertambah parah, pihak keluarga dan desa setempat terpaksa memasungnya, hingga saat ini," katanya.
Kepala Desa Tasikagung, Supolo mengatakan pihak desa juga sudah mengupayakan pengobatan untuk Sungatman, baik pengobatan tradisional maupun medis.
"Belum lama ini juga ada dermawan dari Jakarta yang datang membantu, namun dari pantauan kami sakit jiwa Sungatman sudah akut," katanya.
Supolo mengatakan pemasungan Sungatman memang dilakukan atas kesepakatan pihak keluarga dan desa.
"Jika tidak dipasung, khawatir akan lebih banyak lagi rumah warga yang dirusak," katanya.
Ia berharap pemerintah kabupaten setempat bisa membantu pengobatan medis Sungatman yang lebih baik.
(ANTARA/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011