Ternate (ANTARA News) - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku Utara Nurlaila Armaiyn mengemukakan "home stay" atau tinggal di rumah penduduk merupakan salah satu pilihan penginapan selama berlangsung "Sail Morotai" 2012.
"Kalau dibangun hotel dalam jumlah yang ideal tidak mudah, karena itu salah satu pilihan adalah memanfaatkan `home stay` selain penginapan," katanya kepada ANTARA di Ternate, Maluku Utara, Kamis malam.
Di sela menjamu kru film dokumenter yang digarap bersama aktris yang juga Duta Muhibah Badan PBB bidang Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) untuk kawasan Asia Tenggara Christine Hakim bersama ahli ekowisata IPB Ricky Avenzora bertema "The Beauty of Morotai", ia menjelaskan bahwa "Sail Morotai" 2012 itu juga berpacu dengan waktu.
Menurut dia, dengan sisa waktu setahun lagi, tentu tidak mudah menyediakan penginapan dalam bentuk hotel dalam jumlah banyak, sehingga dibutuhkan alternatif penginapan bagi peserta, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Karena itulah kita juga membutuhkan dukungan dan komitmen pemerintah pusat untuk membantu kesuksesan `Sail Morotai` nanti," kata Nurlaila Armaiyn.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4 Agustus 2010 saat meresmikan Kota Sofifi sebagai ibu kota Provinsi Maluku Utara menyatakan bahwa perhelatan pelayaran internasional "Sail Banda" 2010 berjalan sukses sehingga pemerintah berani menggelar acara serupa dengan menggunakan Pulau Morotai sebagai ikon yakni "Sail Morotai 2012".
"Dua tahun lagi, kita selenggarakan `Sail Morotai`, mari kita rencanakan dengan baik agar sukses dan memajukan Maluku Utara ini," kata Presiden saat itu, di mana Raja-raja di empat kesultanan di Maluku Utara juga menyaksikan pidato Presiden tersebut.
Sementara itu, Ricky Avenzora yang menyutradarai film tersebut menjelaskan, terkait dengan pembuatan film dokumenter ini, pada 23-30 Juni 2011 berbagai pihak yang terlibat akan melakukan pengambilan gambar di Maluku Utara, baik di Ternate maupun Morotai yang menjadi ikon utama dalam film itu.
Ricky Avenzora yang sebelumnya bekerja sama dengan Christine Hakim dalam film dokumenter berjudul "Mak Itam & Me", yang juga didukung Kemenbudpar, menambahkan film dokumenter kali ini akan mengangkat berbagai keindahan di Morotai secara khusus, dan umumnya Maluku Utara.
"Di antaranya tentang `beauty of mind`, `beauty of culture`, `beauty of history`, dan `beauty of socio-livelyhood`," katanya.
Ia mengatakan, film tersebut akan dibuat berkualitas "full HD" dengan "output" berupa film dokumenter berdurasi 24 menit hingga 48 menit. (*)
(T.A035/E005)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011