Pontianak (ANTARA News) - Pengamat Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat Ali Nasrun mengungkapkan bahwa penghentian impor sapi hidup Australia tidak akan memengaruhi inflasi di kota itu.
"Itu tidak akan terlalu berpengaruh karena konsumsi sapi hanya sebagian kecil, beda dengan konsumsi beras," kata Ali Nasrun di Pontianak, Kamis.
Menurut Ali, masyarakat diminta untuk tidak terlalu terjebak dengan inflasi hanya gara-gara satu komoditi.
"Tetapi yang harus dilihat secara nyata di masyarakat dan pasar apakah terpengaruh dengan sapi. Jadi harus ada tindakan yang dilakukan pemerintah untuk jangka panjang membangun peternak," ungkap pengajar di Fakultas Ekonomi Untan itu.
Dengan terjadinya inflasi, kata dia, mendorong pengusaha untuk memproduksi sapi lebih banyak lagi.
"Jika sapi harganya mahal pasti banyak produsen yang akan berjualan sapi, sementara konsumen ukur-ukur kebutuhan kalau kebanyakan makan sapi juga tidak bagus," katanya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar pada bulan Mei 2011 terjadi deflasi -0,58 persen akibat adanya penurunan harga beberapa barang dan jasa.
Sepuluh komoditi yang memberikan sumbangan deflasi tertinggi antara lain angkutan udara sebesar -0,2968 persen, ikan gembung sebesar -0,1119 persen, cabe rawit sebesar -0,0867 persen, jeruk sebesar -0,0723 persen, daging ayam ras sebesar -0,0596 persen, beras sebesar -0,0458 persen, emas perhiasan sebesar -0,0327 persen, bawal sebesar -0,0204 persen, sawi hijau sebesar -0,0203 persen dan kentang sebesar -0,-0200 persen.(*)
(ANT-089/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011