Banyak pula yang kurang paham tentang konsepsi atau pembuahan, padahal konsepsi adalah sesuatu yang sakral. Sakral memiliki arti hubungan individu dengan sesama dan individu dengan Sang Khalik.
Sleman (ANTARA News) - Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan pemahaman remaja terhadap reproduksi harus dimulai dengan penanaman nilai-nilai pada diri mereka.
"Bahkan pembentukan kembali pola pikir sebagian remaja yang telah keliru juga menjadi bagian penting dari upaya pendampingan remaja," kata Bupati Sleman Sri Purnomo dalam sambutan tertulis yang dibacakan staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Nogati Sri Karyati pada Gelar Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R), Kamis.
Menurut dia, banyak dari remaja yang tidak tahu harus mencari informasi ke mana berkaitan dengan reproduksi.
"Banyak pula yang kurang paham tentang konsepsi atau pembuahan, padahal konsepsi adalah sesuatu yang sakral. Sakral memiliki arti hubungan individu dengan sesama dan individu dengan Sang Khalik," katanya.
Jika kesakralan ini dipahami dengan baik maka orang tidak akan melangkah bebas, melanggar norma susila dan norma agama.
"Proses transformasi informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada para siswa dan remaja dapat lebih terintegrasi dan lebih optimal," katanya.
Ia mengatakan, dampak dari globalisasi dan perkembangan dari teknologi informasi yang canggih dan terbuka, sehingga kalangan remaja bisa mengakses hal-hal yang negatif.
"Kalau ini tidak dikendalikan akan sangat membahayakan, sehingga layanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja, penyalahgunaan Napza dan penyakit menular seksual termasuk HIV menjadi penting bagi siswa sekolah dan remaja umumnya," katanya.
PIK-R memiliki peran penting sebagai wadah dan sekaligus institusi yang diharapkan dapat mengakomodasi dan memberikan solusi dari berbagai masalah remaja saat ini.
"Keberadaan dan peranan PIK-Remaja di lingkungan remaja, bisa membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja," katanya.
Ia mengatakan, masalah penyimpangan perilaku seksual, masalah obat terlarang dan kasus HIV/AIDS bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan seluruh elemen pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat.
"Kami harapkan para Kepala Sekolah agar dapat menyediakan fasilitas untuk PIK-Remaja serta para guru Pembimbing diharapkan dapat merencanakan jadwal buka pusat konsultasi remaja, dengan mengundang dokter atau bidan," katanya.
(B/Z003)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011