Saat ini memang keberadaan macan Tutul ini di kebun warga, belum menggangu warga, akan tetapi kita juga mengaharapkan masyarakat tetap waspada dan tidak ceroboh dalam bertindak sebelum adanya penangganan dari pihak pemerintah.
Meulaboh (ANTARA News) - Masyarakat di Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, diminta tetap mewaspadai keberadaan sepasang macan Tutul (Phantera pardus) di daerahnya, selama belum ada penangganan dari Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA).
Camat Woyla Barat Muhammad Isa di Meulaboh, Kamis menyatakan, meskipun sering munculnya macan Tutul itu belum memakan korban jiwa dan harta milik masyarakat, namun diminta masyarakat tetap mewaspadai selama belum adanya penanganan dari BKSDA.
Dikatakan, dirinya mendengar adanya ancaman binatang buas di kecamatanya, dimana sepasang macan Tutul ini menghinggapi pepohonan karet, namun belum berani berkeliaran di tenggah pemukiman penduduk.
"Saat ini memang keberadaan macan Tutul ini di kebun warga, belum menggangu warga, akan tetapi kita juga mengaharapkan masyarakat tetap waspada dan tidak ceroboh dalam bertindak sebelum adanya penangganan dari pihak pemerintah," ujarnya. Sanggat membuat ia khawatir, jika masyarakat mencoba melakukan penangganan sendiri, seperti memburu bahkan membunuh hewan di lindunggi itu, dikarenakan ada masyarakat yang telah melihat keganasan binatang ini memangsa hewan lain di kebun karet mereka.
Untuk melakukan pengusiran hewan komivora ini tidak mungkin dilakukan, karena wilayah itu merupakan areal perkebunan masyarakat, sehingga dikhawatirkan terus mengusik ketenangan masyarakat daerah pedesaan lainnya, ujarnya.
Dipihak lain, Edi (23) warga setempat, menyatakan, hewan kamivora ini ternyata pernah dicoba untuk diusir, namun sia-sia, setelah binatang buas ini berbalik arah dan melawan, sehingga masyarakat yang tadinya nekad terpaksa lari pulang.
"Hewan ini juga pernah mendatangi desa sebelah, akan tetapi tidak lama kemudian berbalik ke desa kami. Kami tidak tahu kenapa macan tersebut menetap, sehingga khawatir kalau suatu saat mereka beranak pinak di desa kami," katanya.
Sementara itu, Taufiq, salah seorang Ketua Mahasiswa Kerja Pengabdian Masyarakat dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Meulaboh, Aceh Barat, menyatakan, masuknya binatang buas ke kawasan perkebunan penduduk, karena habitannya mulai terusik.
"Saya rasa ini semua diakibatkan pembakaran lahan hutan, sehingga binatang buas mencari lokasi lain untuk menetap," katanya.
Karena itu, sebanyak delapan anggota mahasiswa bakti masyarakat ini, hanya bisa menasehati warga setempat agar tidak menganggu binatang buas ini, serta tidak nekad masuk ke hutan dan kebun jika tidak memiliki kepentingan seperti menderes ataupun mengumpulkan karet, katanya.
(PSO-285)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011