Brussel (ANTARA News) - NATO akan melanjutkan serangan-serangan bom di Libya, kata pemimpin aliansi itu Anders Fogh Rasmussen pada Rabu di tengah seruan-seruan Italia bagi penghentian permusuhan di negara Afrika utara tersebut.

"NATO akan melanjutkan misi ini karena jika kami berhenti, lebih banyak warga sipil yang tidak terhitung jumlahnya akan kehilangan nyawa mereka," kata Rasmussen dalam pernyataan video di situs berita Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Seorang juru bicara NATO mengatakan kepada AFP bahwa sekretaris jendral NATO itu tidak sedang menanggapi pernyataan-pernyataan yang disampaikan sebelumnya oleh Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini, yang mendesak penghentian permusuhan segera di Libya untuk memberi ruang bagi upaya-upaya bantuan kemanusiaan.

Rasmussen juga menyinggung tuduhan-tuduhan bahwa serangan udara NATO telah menjatuhkan korban sipil belum lama ini -- insiden yang disebut Frattini bisa merusak kredibilitas aliansi itu.

"Sejak awal misi ini kami telah melakukan lebih dari 5.000 serangan udara, dan menurut catatan kami, kami telah sangat hati-hati untuk meminimumkan risiko kematian sipil dan kami terus melakukan hal itu setiap hari dan setiap jam," kata sekjen NATO itu.

"Saya sangat menyesal atas hilangnya nyawa dalam konflik ini," tambahnya.

Aliansi itu mengakui bahwa salah satu bomnya salah sasaran di Tripoli, Minggu, dan menghantam sebuah kawasan penduduk, dalam insiden yang kata rejim Libya menewaskan sembilan orang.

Italia adalah bekas penjajah Libya dan memainkan peranan sangat penting dalam operasi udara pimpinan NATO terhadap rejim Muammar Gaddafi dengan menyediakan pangkalan-pangkalan untuk pesawat terbang.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret.

Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya.

Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Gaddafi.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Gaddafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Gaddafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, pasukan Gaddafi kemudian dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.

Gaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Gaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun, demikian AFP melaporkan.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011