Sebagian besar tanpa gejala dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit.

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah jalin kerja sama telemedisin hingga menambah fasilitas isolasi sebagai upaya mengatasi lonjakan gelombang kasus varian Omicron yang berpotensi terjadi di Tanah Air.

"Pemerintah melakukan kemitraan dengan platform telemedisin serta rumah sakit rujukan untuk meningkatkan aksesibilitas kasus positif dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito melalui keterangan tertulis yang dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

Wiku mengatakan pelayanan kesehatan yang disediakan seperti jasa konsultasi medis dan pengiriman obat gratis bagi pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Wiku mengatakan langkah ini ditempuh menyusul kenaikan kasus positif COVID-19 dalam dua pekan terakhir di dunia secara signifikan. Bahkan kenaikan kasus harian mencapai 2,7 kasus pada 7 Januari 2022. Angka ini lebih tinggi dari rekor kenaikan kasus pada lonjakan sebelumnya yaitu 1 juta kasus dalam sehari.

Menurut Wiku kenaikan kasus positif juga terjadi di negara tetangga Indonesia termasuk Jepang, Vietnam, Thailand, dan Singapura. Saat ini kasus positif di Indonesia telah meningkat selama dua pekan berturut-turut, yaitu dari 1.200 kasus menjadi 1.400 kasus dan pada pekan terakhir hampir mencapai 3.000 kasus, atau naik lebih dari dua kali lipat dari pekan sebelumnya.

Baca juga: Kepala BNPB tinjau hotel karantina untuk PPLN di Bali

Baca juga: Pemkab Tangerang siap karantina pelaku perjalanan luar negeri

Kenaikan kasus positif harian bahkan sempat melebihi 800 dalam sehari pada 11 Januari 2022. "Sementara kemarin, pada 12 Januari, terdapat penambahan 600 kasus positif. Padahal sebelumnya penambahan kasus sudah berhasil ditekan pada kisaran 100-200 kasus positif/hari," ujarnya.

Sementara itu, kasus aktif juga mengalami kenaikan konsisten dalam sepekan terakhir hingga 12 Januari 2022 mencapai hampir 7.000 kasus, setelah sebelumnya berhasil ditekan pada kisaran 4.000 kasus.

Menyusul makin banyaknya pelaku perjalanan internasional bak yang positif COVID-19 saat kedatangan maupun menjalani karantina maka pemerintah menambah sedikitnya empat hotel isolasi di Jakarta.

Fasilitas hotel isolasi ini menjadi opsi lain untuk melakukan isolasi selain Rumas Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) yang saat ini berjumlah 93 RS di DKI Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 14 Tahun 2021, kata Wiku.

Kehadiran hotel isolasi tambahan membantu pemerintah memfasilitasi kapasitas kamar menjadi 400 yang tersebar di berbagai hotel seperti Hotel Alia, Gran Cempaka, D’Arcici Cempaka Putih, dan D’Arcici Plumpang.

Menurut Wiku tidak semua hotel memenuhi syarat seperti menyediakan fasilitas isolasi atau tidak menerima tamu nonisolasi. Dengan demikian pemilihan fasilitas tambahan ini sudah melalui penilaian ketat sesuai standar yang berlaku.

Wiku mengatakan kebutuhan tambahan kamar sangat mendesak karena jumlah orang yang positif COVID-19 dari pelaku perjalanan meningkat drastis dalam satu pekan terakhir.

Secara akumulatif kedatangan pelaku perjalanan internasional di DKI Jakarta sebagai salah satu entry point kedatangan luar negeri dari Mei 2020 hingga 12 Januari 2022 mencapai 713.222 dengan tren jumlah kedatangan tertinggi di awal Januari 2022.

“Jumlah kasus positif pada pelaku perjalanan mencapai 200-350 per hari. Sebagian besar tanpa gejala dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit. Kehadiran hotel isolasi sangat penting, tetapi hotel isolasi harus menyiapkan prokes dengan sangat ketat,“ katanya.

Baca juga: Empat hotel karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri

Baca juga: Menkes: Peningkatan Omicron disumbang pelaku perjalanan luar negeri

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022