-

Jakarta (ANTARA News) - Wayang adalah 100 % produk asli budaya Indonesia dan badan PBB UNESCO sudah menyebut n hak cipta wayang asli untuk Indonesia. Namun,bagaimana kondisi wayang itu sendiri di Indonesia terutama di mata anak-anak dan anak muda.

Ki Dalang Rohmad Hadiwijoyo mengaku prihatin dengan kondisi wayang di Indonesia yang mulai ditinggalkan oleh generasi muda Indonesia. Padahal, Wayang adalah salah satu karya adiluhung Indonesia yang menyebarkan pesan moral yang penuh makna.

"Saya sedih melihat budaya wayang mulai pudar di mata anak-anak," katanya ketika meluncurkan bukunya yang berjudul "Bercermin di Layar Realita Antara Cerita" di Jakarta pada Rabu (22/6).

Rohmadi melihat lunturnya budaya wayang di mata anak muda karena orang tua kurang memperkenalkan budaya wayang kepada anak sejak dini mereka sehingga ketika anak itu tumbuh dewasa, anak itu lebih mengenal dengan cerita-cerita komik yang notabene berasal dari luar Indonesia.

"Orang tua lupa mengajarkan anaknya budaya Indonesia termasuk wayang sejak dini," katanya.

Kedua, dia (Rohmadi) menilai peran masyarakat sangat penting dalam menjaga kelestarian budaya wayang dengan menggelar acara wayang secara rutin dalam setiap acara kemasyarakatan seperti pernikahan.

"Peran masyarakat yaitu sering-sering "nangkap" wayang," katanya.

John McGlynn, Ketua Pembina Yayasan Lontar mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan wayang kurang populer di mata anak muda yaitu produk lama, bahasa, kemasan dan waktu.

McGlynn, warga Wiscounsin, Amerika Serikat yang jatuh cinta pertama kali dengan Indonesia karena wayang melihat umumnya pergelaran wayang menggunakan bahasa Jawa sehingga susah dimengerti orang anak muda sekarang dan waktu pergelarannya biasanya pada malam hari ketika anak-anak sudah beranjak tidur.

"Anak-anak sekarang susah mengerti Jawa dan waktunya malam hari," katanya.

Namun, Rohmadi menyangkal faktor-faktor masalah tersebut, dia memiliki beberapa kemasan menarik bagaimana cara menggelar wayang untuk anak-anak.

Dia (Rohmadi) mengatakan saat ini pergelaran wayang sudah bisa menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Asing, tempat pergelarannya pun bukan di lapangan desa tapi sebuah pusat perbelanjaan untuk menarik minat orang dan masalah waktu, pergelaran wayang bisa digelar pada Siang hari.

"Saya pernah menggelar wayang di Cilandak Town Square dengan 500 penonton," katanya.
(Adm/A038)

Pewarta: Adam Rizallulhaq
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011