Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah investor asing disebut-sebut berminat membeli PT Garuda Indonesia (Garuda), menyusul tawaran wacana pemerintah kepada BUMN Penerbangan itu untuk melakukan transformasi bisnis dan budaya dengan aliansi strategis antara lain strategic lines dengan maskapai lain. "Empat orang investor asing telah datang kepada Presdir Lion Air, Rusdi Kirana dengan substansi pembicaraan antara lain pembelian atau menjalin strategic lines dengan Garuda," kata sumber ANTARA di lingkungan Departemen Perhubungan, di Jakarta, Kamis. Dikatakan sumber itu, empat orang antara lain adalah pengusaha perminyakan dan pemilik salah satu bandara internasional di negara maju. Mereka datang ke Indonesia hanya satu jam yakni pada Selasa (17/1) dan melakukan pertemuan tertutup dengan Rusdi Kirana selama satu jam di Lion Tower pada pukul 15.00-16.00 WIB. Setelah itu, mereka kembali lagi ke negaranya melalui Bandara Halim Perdana Kusumah dengan mengendarai dua pesawat jet pribadi jenis Falcon dan Lear Jet. Dalam pertemuan itu, mereka yang memiliki kekayaan miliaran dolar AS itu selanjutnya mempercayakan keputusan untuk membeli atau tidak terhadap Garuda kepada Rusdi Kirana. "Bola berikutnya, tergantung Rusdi Kirana," tegas sumber itu. Namun, mereka antara lain mempertanyakan soal regulasi, khususnya berapa besar saham yang bisa dilepas oleh pemerintah jika Rusdi Kirana yang nota bene Warga Negara Indonesia jadi membeli Garuda atas nama mereka. "Mereka ingin mayoritas karena mereka sepertinya bersedia membeli Garuda, termasuk dengan seluruh kewajibannya kepada pihak ketiga," tegas sumber itu. Manajer Humas Lion Air, Hasyim Arsal Alhabsy saat dikonfirmasi mengenai hal itu, menolak merinci. "Soal substansinya mereka memang menyebut Garuda, tetapi apakah mereka benar mau membeli atau tidak, saya tidak tahu, karena pertemuannya tertutup. Direksi Lion Air yang lain, tidak ikut. Hanya Pak Rusdi," katanya. Namun, dirinya membenarkan, adalah pihak yang telah melakukan penyambutan dan penjemputan terhadap empat orang investor tersebut. Hasyim juga menolak merinci nama keempat pengusaha dan asal negaranya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006