"Kenaikan TDL tidak bisa dihindari. Kalau pemerintah mau menaikkan TDL, pemerintah juga harus menyiapkan kebijakan dan strategi jangka menengah dan panjang yang jelas, bagaimana meningkatkan daya saing industri di dalam negeri di tengah naiknya biaya
Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL), namun harus diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang kondusif untuk mempertahankan atau bahkan memperkuat daya saing produk Indonesia. "Kalau ditanya mendukung atau tidak, kami (pengusaha) tidak punya pilihan kalau pemerintah sudah berencana menaikkan TDL, karena realistis saja harga minyak mentah dan BBM juga naik," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan, Rachmat Gobel, di Jakarta, Kamis. Kendati demikian, ia meminta pemerintah tidak menaikkan TDL secara mendadak, tanpa ada sinyal atau sosialisasi terlebih dahulu, agar dunia usaha khususnya industri bisa menghitung dampaknya dan melakukan perencanaan bisnis ke depan. "Kenaikan TDL tidak bisa dihindari. Kalau pemerintah mau menaikkan TDL, pemerintah juga harus menyiapkan kebijakan dan strategi jangka menengah dan panjang yang jelas, bagaimana meningkatkan daya saing industri di dalam negeri di tengah naiknya biaya energi," ujar Rachmat. Oleh karena itu, ia berharap sebelum pemerintah menaikkan TDL, harus disiapkan arah kebijakan pembangunan industri jangka panjang, seperti industri apa yang akan dikembangkan, dan bagaimana strateginya. Dari situ akan diketahui, kata dia, insentif apa yang dibutuhkan untuk mendorong industri-industri unggulan yang telah dipilih, sehingga daya saing tetap kuat meskipun pemerintah melakukan kenaikan biaya energi. "Kenaikan TDL pasti ada dampaknya bagi biaya produksi, dan biaya produksi bisa ditekan bila pemerintah benar-benar menindaklanjuti insentif yang ingin diberikan, serta kepastian arah kebijakan dalam jangka panjang untuk membangun industri nasional, sehingga investor pun mau datang," kata Rachmat. Menurut dia, kenaikan TDL sama dengan kenaikan harga BBM yang bila tidak mendadak bisa dihitung dampaknya oleh industri untuk diantisipasi. Dikatakannya, yang sulit adalah menghadapi fluktuasi nilai tukar yang menguat tajam atau anjlok, sehingga membuat ketidakpastian dan menyulitkan dunia usaha melakukan perencanaan bisnis ke depan. Menanggapi pertanyaan bahwa banyak industri menilai kenaikan TDL akan memperlemah daya saing, Rachmat juga mengakui hal itu. Namun menurut dia, daya saing tidak hanya ditentukan oleh kenaikan TDL, tapi juga biaya ekonomi tinggi, infrastruktur, dan lain-lain. "Kalau pemerintah serius memperbaiki infrastruktur dan menekan ekonomi biaya tinggi, dampak kenaikan harga TDL akan bisa diimbangi," ujarnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006