Washington (ANTARA News) - Mark Kelly, astronot Amerika Serikat yang memimpin penerbangan akhir pesawat ulang-alik Endeavour, mengumumkan pada Selasa ia pensiun untuk mengisi waktunya lebih banyak dengan istrinya yang baru sembuh dari luka tembakan pada bagian kepalanya.
"Hari ini saya dengan rendah hati mengumumkan bahwa setelah 25 tahun mengabdi untuk negara, saya pensiun dari Angkatan Laut Amerika Serikat dan meninggalkan Badan Antariksa Amerika (NASA), efektif 1 Oktober," kata Kelly dalam satu pernyataan, seperti dilaporkan AFP.
"Dalam hidup kadangkala ada hal-hal yang tak disangka dan kita terkadang berada di persimpangan jalan. Saya berada pada titik ini hari ini. Gabrielle berjuang setiap hari untuk pemulihan. Saya ingin berada di sisinya," katanya.
Kelly, 47, mengambil peran penting dalam badan antariksa AS itu setelah penembakan pada Januari yang menyebabkan istrinya, Gabrielle Giffords, luka-luka serius pada satu pertemuan politik di Arizona.
Keputusannya untuk memimpin penerbangan akhir Endeavour - yang kedua untuk misi terakhir pesawat ulang-alik AS sebelum program itu dihentikan akhir tahun ini -- berlangsung pada saat Giffords sibuk menjalani program rehabilitasi, dan didukung oleh keluarganya dan banyak orang di Amerika.
"Saya akan berterima kasih kepada para pengelola NASA yang mempercayai saya dengan tanggung jawab besar ini dalam kurun waktu yang sulit dalam kehidupan pribadi saya dan kepada para pemimpin AL Amerika Serikat yang mempersiapkan saya menangani masa-masa menantang ini," ujarnya dalam pernyataan.
Pekan lalu Giffords diperbolehkan meninggalkan rumah sakit, lima bulan setelah ia ditembak pada bagian kepala dalam jarak relatif dekat dalam satu serangan yang mengagetkan seantero AS.
Ia telah pindah ke rumah suaminya di League City, Texas, dan akan terus menjalani terapi, kata kantornya.
Enam orang, termasuk hakim federal dan seorang anak perempuan berusia sembilan tahun tewas dan 12 lainnya cidera pada serangan 8 Januari lalu.
Pada Maret, Jared Loughner, tertuduh penembak, dinyatakan menderita sakit jiwa untuk diadili. Para peneliti menemukan pemuda yang berusia 22 tahun itu menderita schizophrenia dan tak dapat membantu membela dirinya atau memahami proses pengadilan. (M016/Z002/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011